Khartoum, MINA – Para jenderal yang bertikai di Sudan telah setuju mengirimkan perwakilan untuk negosiasi, yang rencananya diadakan di Arab Saudi, kata utusan PBB di negara itu.
“Pembicaraan awalnya akan fokus pada pembentukan gencatan senjata yang “stabil dan dapat diandalkan” yang dipantau oleh pengamat nasional dan internasional,” kata Utusan PBB untuk Sudan Volker Perthes pada Senin (1/5), seperti dikutip Arab News.
Berbicara dari Port Sudan, Utusan PBB Perthes mengatakan, mereka masih menghadapi tantangan berat untuk membuat kedua belah pihak mematuhi gencatan senjata.
Serangkaian gencatan senjata sementara selama sepekan terakhir hanya meredakan pertempuran di beberapa daerah, sementara di tempat lain, pertempuran sengit terus mendorong warga sipil dari rumah mereka dan mendorong negara itu ke dalam krisis kemanusiaan.
Baca Juga: Di KTT G20 Brasil, Erdogan Tegaskan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza
Perthes memperingatkan, logistik untuk pembicaraan masih dikerjakan. Sejauh ini, hanya militer yang mengumumkan siap untuk bergabung dalam negosiasi, tanpa ada pernyataan publik dari lawannya, Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF).
Setiap pembicaraan akan menjadi tanda kemajuan besar pertama sejak pertempuran meletus pada 15 April antara tentara, yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan, dan RSF, yang dipimpin oleh Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo.
Sekitar 530 orang, termasuk warga sipil dan pejuang, telah tewas dalam tiga pekan ini, dengan 4.500 lainnya terluka, kata Kementerian Kesehatan Sudan.
Ledakan dan tembakan bergema di beberapa bagian Khartoum dan kota tetangganya, Omdurman, pada Senin (1/5), kata penduduk.
Baca Juga: AS Sanksi Organisasi dan Perusahaan Israel Pendukung Kolonialisme
Amerika Serikat dan Arab Saudi telah memimpin kampanye internasional bersama untuk membuat sang jenderal berhenti berperang, dan terlibat dalam negosiasi yang lebih dalam untuk menyelesaikan krisis. (T/R6/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Turkiye Konfirmasi Tolak Akses Wilayah Udara untuk Presiden Israel