VATIKAN TOLAK PERMINTAAN ISRAEL LIHAT ISI PERJANJIAN DENGAN PALESTINA

(Foto: Worldbulletin)
(Foto: Worldbulletin)

, 21 Ramadhan 1436/8 Juli 2015 (MINA) – Surat Kabar , edisi Selasa (7/7) melaporkan, Vatikan menolak empat permintaan yang terpisah dari Pemerintah Israel untuk melihat rincian perjanjian yang ditandatangani  Vatikan dan , dua pekan lalu.

“Pemerintah Israel meminta Vatikan untuk meninjau ulang isi perjanjian pada empat kesempatan terpisah, tetapi Vatikan menolak untuk memberikan rincian tentang isi perjanjian itu,” tulis Haaretz mengutip pernyataan dari pejabat Tel Aviv. Demikian Worldbulletin dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.

Israel awalnya mengirim duta mereka Sion Evrony untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat senior Vatikan guna mendapatkan informasi lebih lanjut tentang perjanjian tersebut. Evrony mengadakan tiga pertemuan terpisah dengan para pejabat Vatikan selama dua pekan terakhir setelah penandatanganan perjanjian Vatikan – Palestina.

“Pada pertemuan keempat, Israel meminta melihat isi perjanjian Vatikan – Palestina, untuk memastikan bahwa di dalamnya tidak ada sesuatu yang melanggar kesepakatan antara Vatikan dan Israel. Permintaan ini juga ditolak,” tulis Haaretz lebih lanjut.

Vatikan menandatangani kesepakatan pertama dengan Palestina pada tanggal 26 Juni lalu, dua tahun setelah resmi mengakui sebagai negara pada Februari 2013 silam. Perjanjian itu mencakup kehidupan dan aktivitas Gereja Katolik di Palestina.

“Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan penyesalannya sehubungan keputusan Vatikan untuk secara resmi mengakui Palestina sebagai sebuah negara,” kata juru bicara Kemenlu Emmanuel Nahason.

“Langkah penandatangan perjanjian Vatikan dan Palestina, yang terburu-buru ini, merusak prospek untuk menggapai kesepakatan damai Palestina – Israel,” imbuhnya.

Nahason menyatakan, Israel juga kecewa dengan salah satu isi teks dalam perjanjian yang diduga mengabaikan hak-hak bersejarah orang-orang Yahudi di Israel. “Israel tidak bisa menerima penentuan sepihak dalam perjanjian yang tidak memperhitungkan kepentingan penting Israel dan status bersejarah khusus dari orang Yahudi di Yerusalem,” katanya. (T/P011/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0