Caracas, 22 Jumadil Awwal 1438/20 Februari 2017 (MINA) – Venezuela dan Amerika Serikat (AS) kembali bersitegang tentang tahanan politik yang dipenjara oleh pemerintah Caracas, termasuk pemimpin oposisi yang pendukungnya turun ke jalan-jalan ibukota pada Sabtu (18/2) yang menuntut pembebasannya.
Ratusan pendukung Leopoldo Lopez berpawai di ibukota Caracas, memblokir salah satu jalan raya utama di ibukota memprotes penahanan pemimpinnya, demikian Nahar Net memberitakan yang dikutip MINA.
Lopez yang didukung oleh Presiden AS Donald Trump, dalam surat yang ia tulis di selnya dan kemudian dibacakan kepada para pendukungnya, mendesak cara “pemberontakan” untuk menekan diadakannya pemilihan umum yang tertunda dan belum dijadwal ulang.
Baca Juga: Minuman Cola Gaza ”Bebas Genosida” Hebohkan Inggris
Pemilihan umum gubernur seharusnya dilaksanakan pada Desember lalu.
Lopez mengatakan, pemilihan presiden yang ditetapkan pada 2018 harus diadakan pada tahun 2017 sebagai ganti pemilihan gubernur.
Pendukung Lopez menyerukan agar rakyat Venezuela menekan dilakukannya perubahan.
“Sekarang, lebih dari 80 persen rakyat Venezuela ingin (Presiden Nicolas) Maduro meninggalkan kekuasaan,” kata David Smolansky, Walikota Distrik El Hatillo, Caracas.
Baca Juga: Demonstran Pro-Palestina di Kanada Bakar Patung Netanyahu
Smolansky mengatakan, pemerintah Maduro yang sosialis membuat rakyat Venezuela kelaparan sementara dia melindungi penjahat.
Departemen Luar Negeri AS juga mengeluarkan seruan baru untuk pembebasan Lopez dan pembangkang lainnya, sehari setelah Mahkamah Agung Venezuela menetapkan penahanannya.
Lopez divonis hampir 14 tahun atas tuduhan menghasut kerusuhan dalam protes anti-pemerintah pada tahun 2014.
“Kami menyerukan pembebasan segera semua tahanan dengan hati nurani, menghormati aturan hukum, kebebasan pers, pemisahan kekuasaan konstitusional dalam pemerintahan, dan pemulihan proses demokrasi yang mencerminkan kehendak rakyat Venezuela,” kata pelaksana tugas juru bicara Departemen Luar Negeri AS Mark Toner dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Kapal Wisata Mesir Tenggelam di Laut Merah, 17 Penumpang Hilang
Sementara itu, Presiden Trump juga berkomentar melalui Twitter yang menuntut pemerintah Venezuela agar membebaskan Lopez.
Lopez adalah pendiri Popular Will, salah satu pihak yang paling keras menentang Presiden Maduro.
Sesaat sebelum Trump mengirim surat resmi Twitter-nya pekan ini, Maduro telah memperingatkan AS bahwa Venezuela akan “menanggapi dengan tegas” terhadap tindakan apapun yang dianggap agresif.
Hubungan kedua negara sudah tegang pada hari Senin (12/2) ketika Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi terhadap Wakil Presiden Venezuela Tareck El Aissami dan para pengusaha, yang dituduh terlibat dalam perdagangan narkoba oleh AS.
Baca Juga: Dokter Palestina Kumpulkan Dana untuk Pendidikan Kedokteran di Gaza
Hubungan Venezuela dengan Washington mulai goyah sejak Hugo Chavez naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1999.
Mantan Presiden Venezuela yang terkenal karena retorikanya yang anti-Amerika itu, telah bertahan hingga Maduro memimpin mulai 2013.
Maduro menyalahkan kesengsaraan ekonomi dalam negerinya kepada konspirasi kapitalis yang didukung AS.
Kedua negara belum bertukar duta besar sejak 2010, tapi tetap melakukan berbagi hubungan ekonomi yang penting, terutama di sektor minyak. (T/RI-1/RS1)
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)