Penembak jitu Israel menembak Muhammad Eleiwa ketika ia ikut melakukan protes Great March of Return di sepanjang pagar perbatasan Gaza di sebelah timur Gaza City pada 9 November 2018.
Akibatnya, kaki kanannya harus diamputasi.
“Saya tidak bisa berlari setelah cedera, saya tak bisa lagi menjalani hidup seperti sebelumnya, . saya berhenti bekerja setelah saya cedera.” kata Eleiwa
Tapi Eleiwa (19) yang berasal dari lingkungan Al-Shujaiyeh di Gaza City, bertekad untuk terus bermain sepak bola.
Baca Juga: Tottenham Juara Liga Europa, Gol Johnson dan Penyelamatan van de Ven Jadi Penentu
Dalam dua tahun sejak protes Great March of Return pekanan dimulai, Israel telah merenggut korban yang mengerikan dari demonstran Palestina yang tidak bersenjata di Gaza.
Penembak jitu Israel telah membunuh lebih dari 200 warga sipil Palestina, termasuk lebih dari 40 anak-anak, selama demonstrasi. Sekitar 8.000 telah terluka oleh amunisi hidup, dengan ribuan lainnya menderita luka-luka.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 156 orang harus diamputasi, 30 di antaranya anak-anak, dari cedera yang diderita selama demonstrasi antara 30 Maret 2018 hingga Desember 2019.
Baca Juga: Ummu Haram binti Milhan, Sahabiyah yang Menjadi Syahidah di Pulau Siprus
Dua puluh empat warga Palestina telah lumpuh karena cedera tulang belakang.
Penembak jitu Israel mengatakan, mereka tidak menyesal atas pembunuhan dan melukai warga Palestina di Jalur Gaza.
Harian Tel Aviv, Haaretz melakukan enam wawancara dengan penembak jitu militer yang ditempatkan di pagar perbatasan Israel-Gaza selama protes Great March of Return.
Penembak-penembak jitu itu -semuanya telah diberhentikan dari tentara- mengaku ingin membunuh anak-anak Palestina dan bersaing mendapatkan jumlah tertinggi per hari.
Baca Juga: Jelang Hadapi China dan Jepang, Timnas Indonesia Gelar TC di Bali
Menurut WHO, sebagian besar cedera oleh amunisi hidup yang dialami warga Gaza yang berdemonstrasi ada di anggota tubuh bagian bawah.
Penembak jitu Israel mengkonfirmasi kepada Haaretz bahwa ini adalah niat mereka. Kadang-kadang mereka akan berkompetisi untuk mendapatkan jumlah lutut terbanyak dalam satu hari.
“Dari titik hit, saya yang paling tertinggi,” kata Eden, nama samaran penembak jitu di Brigade Golani, unit “elit” di tentara Israel yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia.
“Dalam batalion saya, mereka akan berkata ‘Lihat, inilah Si Pembunuh.’ Ketika saya kembali dari medan, mereka akan bertanya, ‘Baiklah, berapa hari ini?’,” katanya.
Baca Juga: Dr Joserizal Jurnalis: Pendiri MER-C, Pejuang Kemanusiaan dari Indonesia untuk Dunia
Eleiwa adalah satu dari ribuan yang terluka oleh penembak jitu Israel, tetapi lukanya bukan satu-satunya yang menghalanginya.
Setelah 13 tahun blokade Israel di Gaza, orang-orang muda seperti Eleiwa merasa semakin sulit untuk meninggalkan Gaza.
“Perjalanan sulit bagi mereka yang cacat,” katanya. “Jika kita ingin bepergian, kita perlu undangan dan jaminan finansial.”
Namun, ia tetap teguh dalam keinginan untuk mencapai tujuannya.
Baca Juga: Al-Rayyan Sports Club Jadi Juara Pedana di AVC Men’s Champions League, Nimir Abdel-Aziz MVP
“Impian saya adalah berpartisipasi di Para Piala Dunia mewakili tim Palestina yang diamputasi. Kami ingin mencapai tujuan dan impian kami,” katanya. (AT/RI-1/P1)
Sumber: The Electronic Intifada
Baca Juga: Al-Rayyan Raja Voli Asia Usai Tekuk Osaka Bluteon 3-0 di Final AVC Men’s Champions League
Mi’raj News Agency (MINA)