Riyadh, 15 Jumadil Awwal 1436/6 Maret 2015 (MINA) – Kasus virus korona Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) telah menewaskan lebih dari 10 orang di Arab Saudi selama sepekan terakhir, sehingga meningkatkan kekhawatiran pejabat-pejabat kesehatan negara itu tentang penyebaran virus yang mematikan tersebut.
Data Kementerian Kesehatan Arab Saudi menunjukkan, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi di atas 400 orang, dengan kematian terakhir terjadi pada 27 Februari dan 5 Maret 2015.
“Virus telah menewaskan 30 orang pada Februari ini saja, enam di antaranya meninggal di Riyadh,” kata seorang pejabat Kesehatan Saudi, seperti dilaporkan Press TV yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
Sebanyak 936 kasus telah dilaporkan sejak virus MERS diidentifikasi pada 2012, dengan 402 di antaranya menyebabkan kematian.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
Pada 4 Maret, Departemen Kesehatan Arab Saudi mengumumkan perluasan kampanye pendidikan publik untuk menghentikan penyebaran virus MERS.
“Berbagai upaya kami lakukan, mulai dari pesan media sosial, televisi, radio, cetak, dan teks yang digunakan untuk menyebarkan keyakinan bahwa kita bisa menghentikan penyebaran virus itu,” kata Pejabat Kesehatan.
Penyelidikan Internasional
Kampanye itu digulirkan setelah tim internasional dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga lainnya, termasuk Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Dunia yang berbasis di Paris untuk Kesehatan Hewan, melakukan misi untuk menyelidiki lonjakan kasus virus MERS.
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Petugas dari tim internasional mengatakan pada 23 Februari lalu, upaya untuk mendidik para profesional dan masyarakat sangat dibutuhkan.
Menurut WHO, hasil awal dari penelitian menunjukkan, orang yang bekerja dengan menggunakan unta berada pada risiko peningkatan infeksi dari virus MERS, khususnya bagi rentan remaja.
Virus Mers merupakan penyakit pernapasan yang dapat menyebabkan pneumonia berat, pertama kali ditemukan pada September 2012 oleh seorang pria Qatar yang telah melakukan perjalanan di wilayah Arab Saudi.
Pada awal Februari, Abdul Aziz bin Saeed, Kepala Pusat Koordinasi Tanggap Darurat Kementerian Kesehatan Arab Saudi untuk MERS, memperingatkan bahwa kasus MERS tiba-tiba melonjak naik pada tahun ini, sebab unta lebih muda banyak berkeliaran.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Selain Arab Saudi, yang juga terkena wabah virus MERS ada sekitar lebih dari 20 negara lainnya terkena virus itu. Sebagian besar kasus yang dilaporkan telah dikaitkan ke Timur Tengah. Namun, beberapa negara Teluk Persia, Perancis, Jerman, Italia, Tunisia dan Inggris juga telah terkena virus.
Virus tersebut dapat menyebabkan batuk, demam dan radang paru-paru, tidak dapat menular bagi sindrom pernapasan akut berat (SARS) dan lebih dari 8.000 orang telah terinfeksi serta menewaskan sekitar 10 persen dari mereka pada satu dekade lalu. (T/P010/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata