Pekalongan, MINA – Kerajinan batik telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi, sejak 14 tahun lalu. Karenanya semua pihak diminta komitmennya untuk turut melestarikan batik.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat membuka Pameran Bersama Museum “Mbabar Mustiko”, di Museum Batik Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (25/7).
Menurutnya, upaya mengembangkan batik dilakukan dengan melakukan inovasi. Salah satunya, pada desain, baik dari sisi motif maupun model, agar lebih modis.
Ia menilai fesyen batik yang menarik, akan membuat generasi muda tidak enggan mengenakannya. Ketika mereka mulai senang mengenakan batik, maka kecintaannya terhadap batik pun akan tumbuh.
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
“Yang penting bagaimana adik-adik kita, anak-anak kita, ketika nongkrong, hangout, pakai batik nyaman,” kata Taj Yasin.
Hampir setiap daerah di Indonesia, memiliki batik. Di balik setiap pola dan corak batik, terkandung cerita dan sejarahnya sendiri-sendiri. Filosofi ini harus dikenalkan kepada generasi muda secara terus menerus, agar batik tetap lestari.
“Batik ini bagian dari budaya. Ternyata ketika kita bicara tentang batik, o, kenapa sih Pekalongan temanya pakai seperti ini, Banyumasan seperti ini, Laseman seperti ini, di Kota Pati (batik) bakaran seperti ini. Ternyata memang kekhasan daerahnya seperti itu, kebudayaannya seperti itu, sehingga batik ini bercerita tentang sejarah negara kita,” terang Taj Yasin.
Kata dia, kepala daerah dan para tokoh, berperan penting untuk menjadi trendsetter. Sekitar tahin 2018, mengenakan sarung batik masih dianggap sebagai pakaian perempuan. Dia dan Gubernur Ganjar Pranowo kemudian seringkali mengenakan sarung batik di berbagai acara. Tak lama kemudian, kebiasaan itu menjadi tren.
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga
“Ketika ternyata Mas Ganjar pakai, saya pakai, akhirnya sekarang di mana-mana produksi sarung batik ada. Dulu mungkin hanya Solo, Pekalongan, yang motifnya nggak menyentuh ke anak-anak muda. Sekarang nggak. Abstraknya bagaimana, desainnya bagaimana, mengikuti anak-anak muda, sehingga mereka saat ini lebih senang memakai sarung yang bermotif batik,” pungkas Taj Yasin. (L/B04/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas