Taat kepada suami adalah kewajiban bagi seorang istri dalam Islam, tetapi ada enam situasi di mana ketaatan kepada suami tidak wajib, bahkan bisa menjadi terlarang. Berikut penjelasan mendalam mengenai enam hal tersebut berdasarkan dalil-dalil Al-Quran dan Hadis.
Ketaatan kepada suami merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadis. Namun, Islam juga menetapkan batasan, sehingga ketaatan kepada suami tidak bersifat mutlak. Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah; ketaatan itu hanya dalam hal yang ma’ruf (baik dan benar).”
Pertama, istri tidak perlu taat kepada suami adalah jika perintah tersebut bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Misalnya, jika suami memerintahkan istri untuk meninggalkan shalat atau berpuasa di bulan Ramadhan tanpa alasan syar’i, maka istri wajib menolak. Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 59, “Taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kamu. Jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul.”
Kedua, istri tidak perlu taat jika suami memerintahkan untuk melakukan perbuatan haram. Misalnya, jika suami memerintahkan untuk berbohong, mencuri, atau melakukan dosa lainnya, maka istri tidak boleh taat. Dalam Surah Al-A’raf ayat 33, Allah SWT melarang perbuatan dosa besar dan keji, “Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi…'”
Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara
Ketiga, jika suami memerintahkan istri untuk memutuskan hubungan silaturahmi dengan keluarga atau kerabat, maka istri tidak perlu taat. Memutuskan silaturahmi adalah dosa besar dalam Islam. Dalam Surah Muhammad ayat 22-23, Allah SWT berfirman, “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah…”
Keempat, istri tidak perlu taat jika suami memerintahkan untuk menzalimi orang lain atau melakukan ketidakadilan. Islam sangat menekankan keadilan dalam semua aspek kehidupan. Dalam Surah An-Nahl ayat 90, Allah SWT memerintahkan, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan…”
Kelima, istri tidak perlu taat kepada suami jika perintah tersebut bertentangan dengan hak-hak dasarnya sebagai manusia, seperti hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk menjalankan ibadah, atau hak untuk hidup dengan martabat. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya para wanita adalah saudara kembar para pria.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi), yang menegaskan kesetaraan hak dan kewajiban antara suami dan istri.
Keenam, istri boleh tidak perlu taat kepada suami adalah ketika suami tidak menjalankan tanggung jawabnya. Islam menempatkan tanggung jawab suami sebagai pemimpin keluarga, yang meliputi nafkah lahir dan batin, perlindungan, dan bimbingan rohani. Jika suami gagal dalam menjalankan tugas-tugas ini, maka istri memiliki alasan yang sah untuk tidak taat.
Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri
Kewajiban suami untuk memberikan nafkah adalah salah satu tanggung jawab utama dalam Islam. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 233, Allah SWT berfirman, “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf (baik).” Jika suami tidak memenuhi kebutuhan dasar istri dan keluarganya tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat, istri tidak wajib taat kepada perintah suami yang lalai ini.
Tidak hanya nafkah material, tanggung jawab suami juga mencakup nafkah batin, yaitu menjaga kasih sayang, perhatian, dan hubungan yang harmonis dalam rumah tangga. Jika suami mengabaikan istri secara emosional atau tidak memperhatikan kebutuhan batinnya, istri berhak untuk menolak perintah suami yang tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan kasih sayang dalam Islam.
Suami juga bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan kepada istri dan anak-anaknya. Jika suami gagal melindungi keluarganya dari bahaya, baik fisik maupun moral, maka istri berhak untuk tidak mengikuti arahan suami yang bisa membahayakan dirinya atau keluarganya. Ini juga merupakan bagian dari menjaga amanah yang telah Allah berikan kepada suami sebagai kepala keluarga.
Bimbingan rohani adalah tanggung jawab suami untuk memimpin keluarganya dalam menjalankan agama. Allah SWT berfirman dalam Surah At-Tahrim ayat 6, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” Jika suami lalai dalam membimbing keluarganya atau malah mengajak kepada hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, istri tidak perlu taat kepada suami dalam hal tersebut.
Baca Juga: Fitnah Medsos yang Perlu Diwaspadai Muslimah
Rasulullah SAW juga mengingatkan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas tindakannya sendiri di hadapan Allah. Istri yang menolak perintah suami yang melanggar syariat adalah bentuk ketaatan yang sebenarnya kepada Allah SWT, karena ia menjaga dirinya dari perbuatan dosa.
Saling Mengingatkan
Dalam hal ini, penting bagi suami dan istri untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan taqwa. Jika suami memberikan perintah yang salah, istri berhak menolak dan mengajak suami kembali kepada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan dalam Al-Quran Surah Al-Asr, “Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
Kasus di mana istri menolak perintah suami juga harus ditangani dengan hikmah dan penuh kelembutan. Tujuannya bukan untuk menentang suami, tetapi untuk menjaga agar keluarga tetap berjalan sesuai dengan ajaran Islam. Istri dapat mengingatkan suaminya tentang batas-batas syariat dengan cara yang baik dan bijaksana.
Baca Juga: Istri Tak Bersyukur, Sebuah Renungan Berdasarkan Dalil Syariat
Dalam kehidupan rumah tangga, musyawarah dan saling memahami sangat penting. Ketika terjadi perbedaan pendapat, suami dan istri harus berusaha mencari solusi terbaik yang sesuai dengan syariat, bukan mengedepankan ego atau keinginan pribadi.
Ketaatan yang dipaksakan dalam hal-hal yang melanggar syariat tidak hanya merugikan istri, tetapi juga merusak keharmonisan rumah tangga. Islam mengajarkan bahwa rumah tangga harus menjadi tempat yang penuh dengan rahmat dan kasih sayang, bukan tempat di mana ketaatan yang buta memimpin kepada kemaksiatan.
Oleh karena itu, penting bagi suami untuk memahami bahwa ketaatan istri bukanlah alat untuk menindas atau mengontrol, melainkan bentuk dari kerjasama dalam menjalankan perintah Allah. Suami yang bijak akan selalu mempertimbangkan kebaikan dan keburukan dari setiap perintah yang diberikan kepada istrinya.
Kesimpulannya, meskipun ketaatan kepada suami adalah kewajiban dalam Islam, ada enam hal utama di mana istri tidak perlu taat: jika perintah bertentangan dengan perintah Allah, melibatkan perbuatan haram, memutuskan silaturahmi, mengandung ketidakadilan, atau melanggar hak-hak dasar istri dan suami tidak bertanggung jawab. Dalam situasi-situasi ini, istri berhak untuk menolak perintah suami demi menjaga ketaatannya kepada Allah SWT.[]
Baca Juga: Peran Perempuan dalam Mempertahankan Masjid Al-Aqsa
Mi’raj News Agency (MINA)