Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahai Pemuda, Berubahlah ke Arah Yang Lebih Baik Lagi  

Ali Farkhan Tsani - Kamis, 13 Januari 2022 - 05:18 WIB

Kamis, 13 Januari 2022 - 05:18 WIB

55 Views

Oleh: Isma Nurul Inayah, Tim Dakwah Syubban Media Bandung, Jawa Barat

Bedanya pemimpi dengan mereka yang bercita-cita adalah kalau pemimpi itu masih ngawang-ngawang alias belum jelas apa yang mau di lakukannya, tidak memberikan durasi berapa lama untuk mencapai visinya agar bisa tercapai. Sedangkan orang yang bercita-cita itu mulai merencanakannya dari hal paling kecil sampai indikator terbesar, dan terus berusaha mencapai kesuksesan dan keberhasilannya.

Pemilik cita-cita itu mempunyai suatu visi dan target tertentu yang ingin dituju, dan ia berusaha merencanakannya. Itu memang memerlukan usaha yang dipandang tidak nyaman.

Hanya sayangnya, anak muda itu umumnya lebih suka berada di zona nyaman. Jarang ia mau keluar dari zona nyaman untuk mencoba tantangan baru dan ide-ide baru. Ia tidak mau mengadakan perubahan kebaikan untuk lebih maju, lebih suka yang biasa-biasa saja.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Padahal sejarah sudah mencatat bahwa perubahan hanya bisa terjadi ketika ada derap langkah alias usaha. Perubahan itu pun hanya bisa terjadi ketika ada daya dobrak dan daya saing, seperti melawan arus, yang itu sebenarnya bisa dilakukan oleh kaum muda.

Pepatah mengatakan, “ikan itu enak dan gurih ketika ia hidup di aliran yang melawan arus, kalau ikan hidup hanya ikut arus tandanya ikan tersebut rasanya biasa saja.”

Gambaran lainnya, layang-layang itu baru dinyatakan bisa dinikmati oleh pemainnya ketika ditarik dan melawan angin. Maka, ketika layang-layang tersebut hanya mengikuti angin, melayang ke mana angin berhembus, itu tandanya layang-layang tersebut sudah putus talinya.

Begitupun, kaum muda, kalau masih latah hanya ikut-ikutan tren tanpa arah yang jelas dan tidak menetapkan visi besarnya seperti apa, dia ingin mencapai apa ke depan, maka sebetulnya jiwa mudanya sudah nyaris dikatakan hilang arah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Ada pepatah mengatakan, “when people stop changing, the are dying.” Artinya, ketika seseorang berhenti berubah, tentu maksudnya adalah berubah ke arah yang lebih baik, maka ia sebenarnya telah mati atau sekarat.

Allah Yang Maha Mengetahui telah menegur kita di dalam ayat-Nya:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”. (QS Ar-Ra’d/13: 11).

Berkaca dari ayat tersebut, tentu kita khususnya kaum muda ingin berubah, berubah menjadi lebih baik.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Mengutip pernyataan Margaret Thatcher, Perdana Menteri Inggris periode 1979-1990, berjuluk Iron Lady (Wanita Besi), “Watch your thoughts, for they will become actions. Watch your actions, for they’ll become habits. Watch your habits for they will forge your character. Watch your character, for it will make your destiny.”

Artinya: “Perhatikanlah pikiranmu, karena itu akan menjadi tindakan.Perhatikanlah tindakanmu, karena itu akan menjadi kebiasaan.Perhatikanlah kebiasaanmu, karena itu akan membentuk karaktermu.Perhatikanlah karaktermu, karena itu akan menentukan takdirmu.”

Dengan kata lain, apa yang kita pikirkan demikianlah takdir kita. Urusan kun fayakun itu adalah urusan yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Urusan kita sebagai manusia adalah berusaha semaksimal mungkin.

Begitulah masa depan kita wahai kaum muda adalah milik kita yang mau mempersiakan hari ini. Karena itu, berbicara tentang masa depan, berarti kita berbicara tentang persiapan apa yang sudah kita lakukan hari ini. Selama kita sebagai anak muda mau melakukan persiapan, maka kita semua punya kesempatan yang sama untuk menyongsong masa depan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Terlebih kita kaum muda sekarang ini adalah calon-calon pemimpin masa depan nanti. Seperti dikatakan Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib yang pernah mengatakan “Syubbaanul yaum rijaalul ghad.” (Pemuda hari ini adalah orang tua besok).

Ya, kitalah generasi muda yang kelak akan menjadi generasi pemimpin yang harus berani menderita, karena kita sudah melewati lintas batas diri kita sendiri. Kita kelak sebagai pemimpin bukanlah lagi yang hanya memikirkan tentang diri kita sendiri. Namun kita lebih memikirkan orang-orang di sekitar kita, memikirkan lingkungan orang banyak.

Termasuk memikirkan nasib tahanan kaum perempuan dan anak-anak Palestina, memikirkan kondisi Masjidil Aqsa yang harus terus terang-benderang dengan nyala lampunya serta memikirkan masa depan peradaban Islam. Insya-Allah. (A/Ism/RS2/)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Rekomendasi untuk Anda