Buya Anwar Abbas: Peristiwa Isra Mi’raj Harus Dipahami dengan Pendekatan Suprarasional

Jakarta, MINA – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengatakan bahwa peristiwa Isra Mi’raj bagi umat Islam adalah sebuah peristiwa yang harus dipahami dengan pendekatan suprarasional.

“Secara rasional, peristiwa ini jelas sangat sulit diterima. Karena itu, Isra Mi’raj harus dipahami dengan pendekatan supra rasional, jarak ditempuh Nabi Muhammad dalam Isra dan Mi’raj untuk sampai ke Arsy tentu lebih jauh lagi dari jarak antar planet yang diketahui manusia,” kata Buya Anwar dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Kamis (8/2).

Jika menggunakan pendekatan rasional, menurutnya, makna peristiwa Isra dan Mi’raj tersebut jelas merupakan satu hal yang mustahil, apalagi kalau mengukurnya dengan mempergunakan alat transportasi yang ada di waktu itu yaitu unta dan atau kuda.

Baca Juga:  Menag Lepas Keberangkatan 388 Jamaah Haji Kloter Pertama

“Karena itu, untuk memahami peristiwa Isra dan Mi’raj harus bisa mendekati dan memahaminya melalui pendekatan disebut dengan pendekatan supra rasional yaitu mempergunakan pendekatan keimanan,” imbuhnya.

Menurut dia, Allah yang menciptakan alam semesta ini. Allah juga yang membuat jarak antarplanet. Maka Allah SWT dengan kemahakuasaannya akan bisa mengisra’kan dan memi’rajkan Nabi Muhammad dalam waktu singkat menempuh jarak sangat jauh tersebut peristiwa Isra dan Mi’raj itu hanya berlangsung antara 5-8 jam saja,” jelas Buya Anwar.

Dia menyampaikan Nabi Muhammad ketika menjelaskan kepada para sahabatnya dan kaum kafir Quraisy tentang peristiwa yang baru dialaminya, jelas mereka tidak akan percaya, namun Abu Bakar menerima dan membenarkan cerita Nabi. Karena, bagi Abu Bakar, Muhammad adalah seorang Rasulullah.

Baca Juga:  Saung Adilla, Gurihnya Gurame Bakar Bumbu Kecombrang

“Sebab Allah memperintahkan Muhammad melakukan perjalanan dalam waktu singkat itu menempuh jarak  jauh bagi Allah sangat mudah. Nabi Muhammad memberi gelar Abu Bakar As-shiddiq karena orang pertama yang menerima dan membenarkan peristiwa tersebut,” jelas Buya Anwar.

Apakah Abu Bakar mempergunakan pendekatan rasional membenarkan cerita tentang peristiwa Isra Mi’raj tersebut ? Tentu jawabnya adalah tidak. Tapi, menurut Buya Anwar, secara filosofis Abu Bakar mempergunakan pendekatan disebut istilah suprarasional. Dalam bahasa agama atau teologis, menurutnya, Abu Bakar menerima cerita dari peristiwa dengan mempergunakan kacamata iman.

“Kami yakin Allah berkehendak maka Dia cukup mengatakan Kun (ada) fayakun (maka adalah) yang Dia inginkan tersebut,” ujar Buya Anwar. Dari peristiwa Isra dan Mi’raj umat Islam dapat mengambil pelajaran bahwa ilmu dan teknologi tidaklah dibandingkan dengan ilmu dan kekuasaan serta kemampuan Tuhan.

Baca Juga:  Jamaah Haji Indonesia Mulai Berangkat Ahad 12 Mei

Karena, ilmu dan teknologi serta kemampuan manusia sangat terbatas. Sementara, ilmu dan kekuasaan serta kemampuan Allah adalah maha hebat dan tidak terbatas. “Peristiwa Isra dan Mi’raj adalah bagian ilmu dan teknologi tidak hak kita sombongkan diri,” kata Buya Anwar. (R/R4/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Ismet Rauf