Wakil Muslim Akhirnya Isi Parlemen Myanmar

Anggota parlemen Myanmar terpilih, Sithu Maung, seorang Muslim yang dipilih pada Pemilu Myanmar November 2020.

Setelah lima tahun tanpa satu pun anggota parlemen Muslim, membutuhkan seseorang untuk membantu memperjuangkan hak-hak minoritas yang tertindas, kata Sithu Maung saat dia merayakan pemilihannya menjadi anggota parlemen.

Ada sebanyak 1.100 kandidat yang diusung partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi yang berkuasa. Dua kandidat adalah Muslim. Satu dari keduanya adalah Sithu Maung, pria berusia 33 tahun.

NLD sendiri naik dari nol dalam pemilihan terakhir pada 2015.

Muslim berjumlah sekitar empat persen dari populasi nasional dan mengalami diskriminasi tingkat tinggi.

Sithu Maung merasakan kemenangan ada di kartu setelah melihat reaksi pemilih terhadapnya di TPS, tetapi namanya sulit meraih 80 persen suara yang bisa menentukan masuk daerah pemilihan pusat kota Yangon.

“Orang-orang bertepuk tangan pada saya, meneriakkan nama saya dari apartemen mereka ketika saya lewat,” katanya kepada wartawan kantor berita Prancis di flat studionya yang sederhana di sebuah bangunan era kolonial yang runtuh.

Meski sebelumnya hasil akhir belum terlihat, tetapi NLD sudah yakin telah menang telak, memicu perayaan jalanan oleh ribuan pendukungnya meskipun ada kekhawatiran terhadap virus corona.

Daerah pemilihan Sithu Maung adalah salah satu yang paling beragam secara etnis di negara ini dengan sekitar 30.000 penduduk, terbagi rata antara penganut Buddha dan Muslim serta minoritas Rakhine, Cina dan India.

“Saya akan bekerja untuk orang-orang dari semua agama, terutama mereka yang didiskriminasi dan ditindas atau dirampas hak asasi manusia,” janjinya.

Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi yang berkuasa di Myanmar. (Wikimedia)

Etnis “Darah Campuran”

Namun, Sithu Maung menolak mengungkapkan secara terbuka masalah etnis Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan, yang penganiayaannya di Myanmar telah membuat marah komunitas internasional terhadap pemimpin partainya, Suu Kyi.

Operasi militer telah memaksa ratusan ribu Muslim Rohingya pada 2017 menjadi korban kekerasan yang sekarang membuat negara itu menghadapi tuduhan genosida. Sementara sekitar 600.000 lainnya tetap berada di Myanmar, hidup dalam kondisi yang oleh kelompok hak asasi dicap sebagai kondisi apartheid.

Namun, Muslim dari etnis lain, yang secara resmi diterima sebagai warga negara, juga biasanya menghadapi perlakuan diskriminasi.

Seperti kebanyakan orang, Sithu Maung harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan KTP yang berlabel etnis “darah campuran”, menurunkannya ke antrean berbeda di kantor-kantor pemerintah yang membuat orang sangat rentan terkena korupsi.

“Orang yang belum mengalaminya tidak bisa mengerti seperti apa,” katanya.

Dengan sentimen nasionalis garis keras Buddha yang semakin tinggi, ia kemudian dilewatkan sebagai calon NLD yang potensial untuk 2015.

Tidak ada Muslim sama sekali yang terpilih menjadi anggota parlemen saat itu.

Pendukung partai NLD, Win Mya Mya (71), dengan mudah memenangkan kursi parlemen Myanmar di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar.

Kulit tebal

Bahkan dalam pemilihan tahun ini, 23 persen kandidat Muslim ditolak, dibandingkan dengan hanya 0,3 persen untuk kelompok agama lain, menurut pengawas International Crisis Group.

Sithu Maung menggambarkan bagaimana dia diserang dari semua sisi ketika pencalonannya diumumkan.

“Orang-orang menyebarkan disinformasi, menyebut saya teroris dan mengatakan saya ingin bahasa Arab diajarkan di sekolah,” tambah anggota parlemen terpilih itu.

“Bahkan beberapa Muslim mengkritik saya, menuduh saya tidak cukup beribadah dan menjadi ateis, atau non-konformis,” tambahnya.

Dia mengatakan, bertahun-tahun dirinya membangun “kulit tebal” untuk mempersiapkan dengan baik ketika waktunya menjadi anggota parlemen. Dia bukan satu-satunya Muslim yang dipilih masuk parlemen.

Pendukung partai NLD lainnya, Win Mya Mya (71), dengan nyaman memenangkan kursinya di Mandalay.

Pengamat yang berbasis di Yangon, David Mathieson, mengatakan, dia tertaring untuk melihat kemenangan pasangan itu, tetapi ia mengatakan, NLD perlu menangani “diskriminasi yang mengakar terhadap Muslim dan minoritas kambing hitam lainnya.”

Sithu Maung bertekad untuk tidak hanya terlihat mewakili kalangan Muslim.

“Jika ada konstituen saya yang terdegradasi atau menghadapi ketidakadilan, saya akan membela mereka.” (AT/RI-1/P1)

 

Sumber: The Asean Post

 

Mi’raj News Agency (MINA)