Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

WALIKOTA DI PERANCIS HANYA SEDIAKAN BABI PADA MENU SEKOLAH

Rudi Hendrik - Jumat, 12 Desember 2014 - 00:41 WIB

Jumat, 12 Desember 2014 - 00:41 WIB

739 Views

SEKOLAH-PERANCIS.jpg">SEKOLAH-PERANCIS-300x201.jpg" alt="SEKOLAH PERANCIS" width="300" height="201" />Le Mans, 18 Safar 1436/11 Desember 2014 (MINA) – Para wali murid Muslim di sebuah sekolah di kota Le Mans, Perancis, terpancing kemarahannya setelah walikota memperkenalkan prinsip “pork or nothing” (daging babi atau tidak sama sekali) di sekolah.

Aturan yang akan berlaku mulai 1 Januari itu, tidak akan menyediakan pengganti daging babi bagi murid Muslim, yang berarti mereka tidak akan memperoleh daging jika tidak mau menu daging babi. Dan ada kemungkinan aturan tersebut berlaku pula untuk murid Yahudi.

Walikota Marcel Mortreau mendasarkan keputusannya pada “prinsip netralitas Republik”, RT memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Walikota tidak perlu menyediakan makanan yang merespon kebutuhan agama. Ini adalah prinsip sekularisme,” kata Mortreau di radio Europe 1.

Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant

Langkah ini didukung oleh beberapa kalangan sekuler dengan alasan, penyedia makanan akan menghadapi pekerjaan tambahan jika mereka harus memberikan pengganti daging babi bagi murid Muslim atau Yahudi.

Inisiatif ini juga mendapat dukungan dari sebagian pejabat sekolah umum.

“Kami tidak membuka kantin sekolah untuk partisan, agama, filsafat, alasan budaya,” kata Eric Le Moal, direktur sebuah sekolah umum di Lezignan-Corbieres di Aude, yang juga meluluskan kebijakan “satu hidangan” tahun lalu.

Orang tua dan murid Muslim menyatakan kemarahannya terhadap keputusan walikota.

Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel

“Daging adalah sesuatu yang dibutuhkan tubuh untuk bekerja dan berpikir. Saya butuh daging, tapi bukan babi” kata Tarik, seorang murid Muslim, kepada radio Europe 1.

Ibu Tarik, Yasmine, menyebut kebijakan baru itu merupakan “diskriminasi” dan dia melarang anaknya memakan menu di sekolah. (T/P001/R03)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Kolom
Internasional
Palestina