Walikota Padang: Ishlah Tarbiyah-Perti Momen Penting Perkuat Persatuan Bangsa

, 2 Jumadil Awwal 1438/30 Januari 2017 (MINA) – Walikota Padang H. Mahyeldi Ansharullah Dt. Marajo menilai ishlah Tarbiyah-Perti menjadi momen penting untuk memperkuat persatuan bangsa.

Walikota Padang H. Mahyeldi menyampaikan kepada pers, Ahad (29/1), bergabungnya Perti dan Tarbiyah ini yang sudah menjadi sikap menasional.

Dia berharap sesuai dengan yang disampaikan pengurus pusat, Perti yang konsen terhadap pendidikan pesantren ini adalah hal yang tepat.

Islah itu dalam rangka untuk menguatkan sendi-sendi kehidupan berbangsa serta perlu perhatian yang serius, seperti pendidikan dan generasi muda. Selanjutnya ia meminta semua pihak mendoakan agar apa yang dilakukan Tarbiyah dan Perti bisa dikuti oleh organisasi lainnya di negeri ini.

“Saya, secara pribadi yakin banyak orang dengan semangat menyatunya Tarbiyah dan Perti, ini menjadi optimis kepada bangsa ini serta kepada generasi muda. Sekaligus hal ini sebagai pembelajaran kepada pemuda dan para -ulama yang telah mencontohkan kepada kita untuk merapatkan shaf dan mengokohkan persatuan demi terwujudnya kejayaan bangsa,” kata walikota Mahyeldi sebagaimana release Humas Kota Padang yang diterima MINA, Senin (30/1).

Di ruang pertemuan asrama Haji Parupuak Tabiang, Kota Padang, berkumpul tokoh masyarakat Sumbar, mereka bertemu dalam tajuk “Silaturrahim Keluarga Besar Tarbiyah-Perti Sumbar. Islah Tarbiyah-Perti untuk Kesatuan Umat, Keutuhan Bangsa.”

Para tokoh yang hadir dalam pertemuan itu antara lain; Ketua Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumbar H. Boy Lestari Dt. Palindih, Ketua DPD Perti Sumbar Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag, Ketua DPRD Sumatera Barat Hendra Irwan Rahim, Gubernur Sumbar, Emma Yohana anggota DPD RI, Walikota Padang H. Mahyeldi Anshrullah Dt. Marajo, SP dan sejumlah tokoh Islam Kota Padang lainnya.

Dalam fakta sejarah, bahwasanya para ulama ketika menyatu dengan rakyat maka bangsa itu jaya. Ketika ulama menyatu dengan -Polri maka bangsa akan selalu kokoh dan sukses.

“Makanya didalam dokumen-dokumen negara ini di antara pada pembukaan UUD 1945 disebutkan, bahwa kemerdekaan adalah rahmat dari Allah SWT, karena begitu jelas serta konkretnya peran ulama sejak masa penjajahan dalam perjuangan, mengusir penjajah dan menyatukan bangsa ini,” ujarnya.

Dia melanjutkan, demikian juga Indonesia setelah merdeka, ketika tentara Belanda mau masuk lagi, membonceng pada tentara sekutu, maka semangat ini pulalah yang digaungkan oleh Untung di Surabaya dengan membangkitkan potensi-potensi Surabaya.

“Begitu juga Pak Nasir pada 17 Agustus 1950, kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebelumnya Republik Indonesia Serikat (RIS) dan ini sekaligus terbukti kepada kita kokohnya , sebagai kontribusi para ulama dan umat Islam,” tambahnya.

Dia menambahkan, kedepan umat Islam harus sudah sangat dewasa dalam menyikapi setiap perbedaan dan tidak ada umat Islam di Indonesia yang bisa mencederai NKRI dan melakukan hal-hal yang tidak diharapkan.

“Mudah-mudahan ini semua akan disadari seluruh pihak dan kepada generasi muda mari pelajari sejarah, seperti yang diajarkan Presiden Soekarno kepada kita jangan sekali-kali melupakan sejarah,“ tegas Mahyeldi mengingatkan kembali.(L/R07/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)