Rafah, 11 Safar 1435/14 Desember 2013 (MINA) – Walikota Rafah Subhi Abu Radwan mengatakan, kotanya telah menjadi kota menyedihkan terutama setelah banyak proyek yang dihentikan akibat penutupan terowongan barang yang menghubungkan Jalur Gaza-Mesir.
“Kerusakan tidak mencapai pada sisi ekonomi saja, tetapi juga meluas pada bidang lingkungan dan perkotaan,” Abu Radwan mengatakan sebagaimana dikutip AlResalah yang diberitakan Mi’raj News Agency (MINA), Sabtu (14/12).
Mo’ean Rajab, ahli ekonomi asal Palestina menjelaskan realitas baru perekonomian Jalur Gaza yang “menyedihkan”.
“Apa yang terjadi adalah seperti gempa bumi untuk perekonomian Jalur Gaza” jelasnya.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Situasi perekonomian yang sangat memburuk dialami oleh salah seorang penduduk Rafah, Mohammed al-Telbani, pemilik salah satu pabrik makanan terbesar di Jalur Gaza.
Dia adalah seorang pengusaha yang cukup berani untuk mengembangkan usahanya meskipun blokade Israel terhadap Jalur Gaza, Palestina dilakukan sudah lebih dari tujuh tahun.
Dengan pemerintah didukung militer baru di Mesir yang menutup terowongan pemasok kebutuhan pokok yang menjadi urat nadi kehidupan di Jalur Gaza, kini dia khawatir untuk pertama kalinya, blokade sempurna itu akan mematahkan usahanya dan memngancam 400 karyawannya menuju jurang kemiskinan.
Bulan lalu , ia dipaksa untuk membayar 60 ribu shekel (sekitar 207 juta rupiah) untuk membeli bahan bakar dari Israel sebagai daya bagi empat generatornya. Dia menutup pabrik selama 11 hari tetapi mengatakan ia masih berharap untuk menjaga bisnis berjalan.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
“Kami menderita kerugian keuangan yang besar tapi saya tidak bisa menutup bisnis saya. Saya perlu untuk mempertahankan pelanggan saya bahkan jika itu berarti mengorbankan keuntungan atau mengambil beberapa kerugian,” katanya .
“Kita harus berbagi waktu yang baik dan buruk serta tetap bersama-sama,” tambahnya. (T/P02/R2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza