Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wanita Yahudi Dan Kristen Minati Burkini Di AS

Rudi Hendrik - Rabu, 5 Oktober 2016 - 00:19 WIB

Rabu, 5 Oktober 2016 - 00:19 WIB

578 Views

Jakarta, 3 Muharram 1438/4 Oktober 2016 (MINA) – Meskipun di Paris pemakaian baju renang Muslimah atau yang dikenal Burkini dilarang, beda halnya dengan di Amerika Serikat. Pasalnya pakaian renang serba tertutup tersebut bahkan diminati dan dibeli wanita Yahudi dan Kristen di negara itu.

Hal itu diungkapkan desainer terkemuka AS Zeena Altalib dalam pertemuan dengan wartawan di @america Jakarta, Selasa (4/10).

Zeena memaparkan banyak pelanggannya baik Yahudi maupun Kristen memesan pakaian renang tertutup.

“Banyak wanita Yahudi dan Kristen Ortodoks yang menjadi pelanggan saya, saya tidak menyangka ini menjadi sebuah hal buat mereka, dan sekarang kita mengerjakan sebuah kampanye bersama dengan mereka untuk mendukung bahwa kita berhak memakai apa yang kita kehendaki,” katanya.

Baca Juga: Muslimah di Era Global: Menjaga Identitas Islam

Menurutnya, di samping dianggap lebih sopan bagi Yahudi Ortodoks, pakaian serba tertutup mampu melindungi kulit dari efek negatif sinar matahari.

“Ketika saya pertama kali membuka toko saya, hal yang pertama saya tawarkan adalah baju renang Muslimah. di AS, saya melihat respon positif,” tambahnya.

Saat Zeena mencoba memakainya ke pantai, banyak  pujian yang mendatanginya, karena hal itu merupakan sesuatu yang baru.  Warga yang memujinya percaya baju renang tertutup bukanlah sebuah masalah, asalkan ia dibuat dari bahan baju renang.

“Baju renang tidak harus berbentuk bikini, ini membuat orang membuka pikiran mereka dan melihat dengan cara yang baru,” ujarnya.

Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut

Zeena adalah wanita asal Irak yang saat usia 16 tahun bermigrasi bersama keluarganya ke negara Paman Sam setelah politik negara teluk itu mengalami kekisruhan menyusul penurunan paksa pimpinan negara itu.

“Saya berumur 16 tahun saat ke Amerika, dan tidak bicara bahasa Inggris sama sekali. Dua tahun di sana merupakan tahun terberat saya,” ungkapnya.

Zeena membangun bisnis online pakaian sopan untuk perempuan Muslim yang dinamai Prima Moda pada 2005. Dunia fashion sudah menjadi minatnya sejak dia belajar jurusan itu di kampusnya.

“Jadi saya memutuskan untuk membangun bisnis ini karena berdasarkan kebutuhan pribadi, dan melihat kebutuhan pakaian selalu ada bagi manusia,” ujarnya.

Baca Juga: Protes Agresi Israel di Gaza, Mahasiswa Tutup Perpustakaan Universitas New York

Selama di Indonesia, Zeena mengunjungi beberapa universitas untuk tidak hanya berbagi mengenai peran Muslimah dalam menjalankan bisnis online, namun juga mengajari technopreneurship sebagai salah satu cara meningkatkan bisnis secara global. (L/P007/R04-P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Muslimah Produktif: Rahasia Mengelola Waktu di Era Digital

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
MINA Preneur
Kolom
Indonesia
Kolom
MINA Preneur
Sosok