Washington, 21 Dzulqa’dah 1437/24 Agustus 2016 (MINA) – Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Mark Toner mengatakan pada Selasa (23/8) bahwa Washington sedang mempertimbangkan permintaan Ankara untuk ekstradisi Fetullah Gulen, politisi Turki yang kini tinggal di AS.
“Kami dapat mengkonfirmasi sekarang bahwa Turki telah meminta ekstradisi Gulen,” kata Mark Toner kepada wartawan pada konferensi pers, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sementara itu Wakil Presiden AS Joe Biden dijadwalkan tiba di Ankara Rabu 24/8 untuk bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, PM Turki Binali Yildirim dan Ketua Parlemen, Ismail Karahman.
Gulen dituduh telah mendalangi kudeta gagal pada 15 Juli lalu, melalui jaringan Fetullah Organisation (FETO) dalam militer Turki. Kudeta yang gagal itu mengakibatkan 240 orang tewas dan hampir 2.200 orang terluka.
Baca Juga: AS, Rusia Sepakat Bentuk Mekanisme Konsultasi untuk Redakan Ketegangan
Namun kata Toner bahwa ekstradisi tidak menyebut berkaitan dengan upaya kudeta.
“Kami telah menerima permintaan secara formal untuk ekstradisi, tidak berkaitan dengan upaya kudeta,” kata juru bicara itu.
Ankara mengajukan permohonan ekstradisi pada 19 Juli, hanya beberapa hari setelah upaya kudeta.
Toner mengatakan keputusan untuk menerima permintaan resmi dibuat “dalam beberapa hari terakhir.”
Baca Juga: Kanada Siap Jadi Mitra Pembangunan di ASEAN
Otoritas AS yang mempelajari dokumen yang dikirimkan oleh Ankara telah bersikeras melihat terlebih dahulu “semua bukti” sebelum mempertimbangkan permintaan tersebut. Turki dan AS terikat perjanjian ekstradisi 1979.
Pernyataan Toner disampaikan pada malam kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke Turki, yang dijadwalkan hari Rabu ini (24/8).
Biden dijadwalkan bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Binali Yildirim dan Ketua Parlemen Ismail Kahraman.
Biden juga akan berkunjung Parlemen Turki, yang dibom pada malam kudeta gagal. (T/P4/P2)
Baca Juga: Trump Sebut Pemecatan Pegawainya Dapat Menghemat Anggaran Hingga USD 50 Juta
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Protes Perintah Trump, Enam Jaksa di AS Mengundurkan Diri