New York, 18 Dzulhijjah 1437/20 September 2016 (MINA) – Mengawali rangkaian sidang tahunan Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan bahwa masyarakat internasional harus bekerja sama lebih erat guna mengatasi berbagai tragedi kemanusiaan yang dialami para migran.
Pandangan itu disampaikan dalam pidato di hadapan para pemimpin dari 193 negara anggota PBB yang khusu membahas masalah pengungsi pada Senin (19/9).
Menurut Jusuf Kalla, komunitas internasional belum berhasil mengatasi masalah tingginya pergerakan pengungsi dan pencari suaka, termasuk yang tenggelam di laut lepas.
Berdasarkan rilis resmi Kementerian Luar Negeri RI, Wapres juga menekankan pentingnya kerja sama internasional berdasarkan prinsip burden-sharing dan shared-responsibility yang merupakan salah satu kunci penyelesaian isu migrasi, mengingat tidak ada satu pun negara yang dapat menanggung sendiri penyelesaian tersebut.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
“Burden-sharing dan shared-responsibility bukan berarti tanggung jawabnya dibagi rata, tapi semua pihak harus dapat berkontribusi,” ucap Wakil Presiden.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Presiden menyampaikan bahwa Indonesia walaupun bukan merupakan negara pihak pada Konvensi tentang status pengunsi tahun 1951, tapi Indonesia dengan tangan terbuka dan secara konsisten telah memberikan bantuan kemanusian bagi para pengungsi.
“Saat ini ada hampir 14 ribu pengungsi dari berbagai negara ada di Indonesia yang diberikan bantuan penampungan sementara dan bantuan kemanusiaan,” tegas Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Lebih lanjut, Wakil Presiden menyampaikan pengalaman Indonesia dalam memberikan bantuan kepada lebih dari 250 ribu pengungsi antara tahun 1975 -1996 dari negara tentangga pada saat adanya perang saudara di negara bersangkutan.
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
“Indonesia mendedikasikan pulau Galang bagi para pengungsi dan pencari suaka untuk diproses yang semuanya memakan waktu sampai 20 tahun,” ucap Wakil Presiden RI.
Menurut Jusuf Kalla tantangan dalam menghadapi pengungsi dan pencari suaka saat ini lebih kompleks dibanding dengan pengalaman Indonesia pada tahun 1975.
Pemerintah Indonesia berharap pertemuan ini dapat mencegah lebih banyak migran yang kehilangan nyawa, aman bagi mereka yang membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan mengakhiri penderitaan jutaan migran di tempat penampungan. (T/P008/P001)
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)