Tel Aviv, MINA – Wakil Presiden AS Mike Pence menyatakan, bahwa Kedubes AS yang baru akan dibuka di Yerusalem sebelum akhir tahun 2019.
Pence menyatakan ini pada pidato di depan Sidang Parlemen Israel Knesset dalam kunjungannya ke Israel, Senin (22/1/2019). Kantor Berita MINA mengutip sumber New York Times.
Dia menyebut langkah itu sebagai aliansi jangka panjang antara Amerika Serikat dan Israel, dan membingkainya sebagai bagian dari pertempuran.
“Kami berdiri bersama Israel karena kami percaya akan kebaikan dan kebebasan,” katanya.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Pence, seorang Kristen evangelis, mengemukakan pidatonya dengan referensi alkitabiah dan berbicara tentang hubungan Yahudi dengan Yerusalem dalam hubungan historis dan religius.
“Amerika Serikat telah memilih fakta tentang fiksi, dan faktanya adalah satu-satunya fondasi sejati untuk perdamaian yang adil dan abadi,” lanjutnya.
Dia tidak menyebutkan orang-orang Palestina dan tidak mengacu pada sejarah mereka.
Dia menambahkan, AS tetap akan mendukung solusi dua negara, “jika kedua belah pihak sepakat.”
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Sebelumnya, dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, ia mengatakan, “Ini adalah pertama kalinya saya berdiri di sini di mana kedua pemimpin dapat mengatakan tiga kata, Yerusalem Ibukota Israel.”
Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, menulis di akun Twitternya, bahwa pidato tersebut “membawa sebuah pesan harapan untuk semua orang di wilayah ini.”
Dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook-nya, Menteri Kebudayaan Israel, Miri Regev, menyebut Pence sebagai “seorang tamu yang sangat diterima di sini”.
Regev juga mengucapkan terima kasih kepadanya dan kepada Trump karena telah mendukung klaim Israel terhadap Yerusalem, dan untuk memotong dana ke Badan PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
“Kebenaran harus dikatakan, dan yang benar adalah bahwa Israel dan Yerusalem adalah milik orang-orang Yahudi,” tulisnya.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, menhatakan tidak akan bertemu dengan Pence.
Abbas menyebut deklarasi Trump soal Yerusalem sebagai “sebuah tamparan di wajah.”
Pejabat tinggi lainnya, Saeb Erekat, juru runding utama untuk rakyat Palestina, mengatakan bahwa wacana Pence adalah “hadiah untuk ekstremis.”
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
“Pesannya ke seluruh dunia jelas, melanggar hukum dan resolusi internasional, dan AS akan menerima balasnya,” katanya, pada laman akun Twitter kantornya.
Pence telah berbicara tentang perlindungan minoritas Kristen di Timur Tengah. Namun dia telah dijauhi secara luas oleh orang-orang Kristen karena dukungannya terhadap posisi Israel di Yerusalem.
Tidak ada pemimpin Kristen Arab yang akan bertemu dengan Pence selama kunjungannya tersebut. Selain itu, Wapres Pence juga tidak dijadwalkan untuk mengunjungi tempat-tempat suci Kristen seperti kota Nazaret, Betlehem di Tepi Barat atau Gereja Makam Suci, tempat tradisi Yesus disalibkan. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB