Bangka Belitung, MINA – Wakil Presiden (Wapres) RI K.H. Ma’ruf Amin meminta para ulama, khususnya ulama fatwa agar terus konsisten (istiqamah) menebarkan kebaikan untuk menjaga umat, bangsa, dan negara.
Hal ini disampaikan Kiai Ma’ruf dalam pidatonya saat membuka ulama/">Ijtima’ Ulama ke-8 Komisi Fatwa se-Indonesia di Pesantren Bahrul Ulum Sungai Liat, Provinsi Bangka Belitung (Babel), Rabu (29/5).
Menurutnya, menjaga konsistensi di jalan yang lurus dan moderat dalam berdakwah amat sulit karena penuh tantangan dan perjuangan.
“Yang penting itu buat kita, istiqomah, konsisten menyampaikan. Ini ternyata, konsisten itu bukan barang gampang. Sulit jalan di tengah, di garis mustaqim, itu tidak mudah, kalau tidak [belok] ke kiri, ke kanan,” tegas Kiai Ma’ruf.
Baca Juga: Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Hadiri Undangan Raja Charles III
Selain itu, dia juga berpesan dalam menyampaikan pandangan-pandangan tentang masalah kebangsaan, keumatan, dan kemanusiaan, para ulama harus penuh dengan kesabaran dan tidak mudah putus asa.
“Jangan kita berputus asa karena belum ada yang dilaksanakan, belum diterima [oleh masyarakat]. Dan jangan nyesek, jangan kita kemudian, kadang-kadang merasa hatinya itu susah. Meskipun sebagai manusia, tentu kita akan merasakan itu,” tuturnya.
Kiai Ma’ruf menyampaikan, Rasulullah SAW pernah merasa sedih saat berdakwah, karena banyak masyarakat Arab saat itu belum mau beriman. Sehingga, lanjutnya, Rasul pun sampai mendapatkan teguran dari Allah SWT.
“Boleh jadi kamu merasakan hancur akibat kesedihan karena orang Makkah itu tidak beriman [kata Allah]. Jadi, Rasulullah itu merasa hatinya hancur. Kok belum ada orang yang beriman,” ungkapnya.
Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo
“Nah, kata Allah, jangan sedih. Kalau saya mau, saya bisa turunkan dari langit mukjizat yang membuat tengkuk mereka itu tunduk. Saya tundukan semua, bisa,” imbuhnya.
Tetapi, tambah Kiai Ma’ruf, Allah SWT tidak menginginkan itu. Dia menginginkan keimanan seseorang tidak boleh dipaksakan. Allah menginginkan manusia datang kepada-Nya dengan penuh keikhlasan dan kecintaan kepada Tuhannya.
“Apakah kamu mau memaksa orang, suruh beriman semua, kata Allah jangan, iman tidak boleh dipaksa. Allah tidak mau memaksa. Allah bisa [membuat manusia] seperti malaikat semua. Malaikat itu beriman semua, taat semua, malaikat tidak pernah ada yang maksiat kepada Allah,” terangnya.
“Di dalam masalah memilih jalan hidup, Allah tidak memaksa, supaya manusia dalam memilih beriman itu dengan ikhtiar. Supaya apa? Supaya manusia datang kepada Allah, kepada Tuhan-Nya, dengan ketaatan yang [merupakan] pilihannya sendiri. Supaya datang kepada Tuhan-Nya dengan ketaatan yang berdasarkan kecintaan,” tambahnya.
Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah
Dari penggalan kisah tersebut, tutur Wapres, dapat dipahami bahwa tugas para ulama adalah berdakwah untuk menyampaikan kebenaran. Adapun hasilnya, Allah-lah yang akan menentukan. Sehingga, apabila hasil dakwahnya belum menuai hasil maksimal, para ulama tidak boleh berputus asa apalagi lari dari tanggung jawab.
“Supaya [kita] konsisten di dalam menjalankan tugas-tugas keulamaan, jangan sampai ada ulama melepaskan diri daripada garis-garis tanggung jawab,” tegasnya.
Pada kesempatan ini, Wapres mengapresiasi ulama/">Ijtima’ Ulama yang tidak hanya membahas masalah keumatan dan kebangsaan pada lingkup nasional, tetapi juga membahas isu-isu global seperti masalah kemanusiaan dan perdamaian.
“Yang saya peringatkan bahwa kita punya tanggung jawab untuk menjaga negara, menjaga umat, bahkan juga menjaga kemanusiaan,” pungkasnya.[]
Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue
Mi’raj News Agency (MINA)