Jakarta, MINA – Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengajak jajaran pengurus dan anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali meluruskan arah dan langkah serta gerakan. Wapres yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu mengingatkan, inti dari visi MUI adalah perkhidmatan, perkhidmatan kepada umat dan bangsa.
“Umat ini ada di mana-mana, 87 persen dari bangsa itu ya umat itu, kalau umat itu baik, maka bangsa itu baik, karena itu jadi tanggung jawab MUI bagaimana membangun bangsa ini, bangun umat ini agar sebagian besar bangsa ini jadi bangsa yang kuat,” kata Wapres saat menghadiri Silaturahim bersama MUI, BPKH dan Bank Muamalat di Muamalat Tower, Jakarta, Selasa (17/5).
Wapres mengingatkan ke para pengurus MUI tentang prinsip-prinsip yang selama ini menjadi acuan lembaga yang menjadi wadah para ulama tersebut. Pertama kata Wapres, MUI sebagai himayatul ummah atau penjaga umat.
Menurut Wapres, para ulama dan para pemimpin mempunyai tanggung jawab tidak hanya menjaga diri dan keluarga tetapi juga menjaga umat dari akidah menyimpang, pemikiran atau pemahaman yang melenceng maupun yang berlebihan atau ekstrem.
Baca Juga: Kota Semarang Raih Juara I Anugerah Bangga Berwisata Tingkat Nasional
“Makanya perlu pemahaman wasathy yang moderat. Ini tanggung jawab MUI,” kata Kiai Ma’ruf.
Ia menambahkan, MUI mempunyai tanggung jawab untuk membangun umat yang bertingkah laku dan berkegiatan sesuai dengan ajaran Islam yang benar. Selain itu, khusus muslim di Indonesia, terdapat kesepakatan nasional yang juga harus dipatuhi.
“Bagi muslim di Indonesia Muslim Kaffah Maal Mitsaq, kita Islamnya kaffah dan ada kesepakatan nasional dalam rangka NKRI. Jadi kita harus jadi Muslim Kaffah Maal Mitsaq,” katanya.
Kedua, kata Kiai Ma’ruf, takwiyatul ummah atau penguatan umat. Ia mengatakan, penguatan umat ini diperlukan terutama dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Menurutnya, penguatan umat ini sejalan dengan pemberdayaan umat yang dilakukan MUI selama ini.
Baca Juga: Banjir Rob Jakarta Utara Sebabkan 19 Perjalanan KRL Jakarta Kota-Priok Dibatalkan
Termasuk langkah-langkah pemberdayaan umat dengan menghadirkan pesantren-pesantren yang berhasil untuk direplikasi dan dikembangkan.
“Saya kira membangun ekonomi umat dalam rangka upaya penguatan ini jadi sesuatu keniscayaan bagi MUI. Ini pun tidak mudah, berat,” katanya.
Sedangkan ketiga, lanjut Kiai Ma’ruf adalah prinsip untuk menyatukan umat. Wapres menilai, dibandingkan dua prinsip sebelumnya, menyatukan umat lebih berat.
Namun, ia mengatakan, MUI sudah mempunyai landasan-landasan untuk menyatukan umat antara lain persamaan berpikir tentang toleransi terhadap perbedaan.
Baca Juga: Banjir Rob Rendam Sejumlah Wilayah di Pesisir Jakarta Utara
“Dalam hal-hal yang sifatnya perbedaan khilafiah itu harus kita abaikan, harus kita toleransi kecuali yang kita anggap menyimpang secara prinsip,” katanya.
Ia menjelaskan, ada perbedaan yang bisa ditoleransi, tetapi untuk penyimpangan harus diluruskan.
“Kalau perbedaan harus ditoleransi, kalau penyimpangan itu yang harus diamputasi, diluruskan tapi kalau perbedaan itu ada prinsip mana namanya perbedaan mana yang penyimpangan sehingga tidak terjadi konflik,” ujarnya.
Selain itu, ia menilai sudah adanya koordinasi gerakan di MUI sudah bisa membangun kesamaan pandangan terhadap perbedaan dan melakukan gerakan-gerakan bersama. Namun demikian, terkadang, kata Kiai Ma’ruf terdapat kepentingan perorangan dan ego personal yang kadang memecah belah baik masalah ekonomi, hingga politik
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Amnesti ke 44 Ribu Narapidana
“Sebenarnya tidak boleh merusak ukhuwah baik ukhuwah islamiyah maupun wathaniyah, jadi persaudaraan sebangsa krn hal-hal sesaat dan kepentingan kelompok kemudian dikorbankan,” ujarnya. (R/R4/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan