Melbourne, MINA – Ribuan pengunjuk rasa berdemonstrasi di kota-kota Australia di Melbourne dan Sydney, Sabtu (4/11), untuk mengkritik kebijakan terhadap pengungsi di Pulau Manus, Papua Nugini (PNG).
Sekitar 600 pengungsi di pusat penahanan tersebut hidup tanpa listrik atau persediaan makanan setelah menolak pindah ke akomodasi sementara di kota utama pulau tersebut karena mereka takut diserang oleh penduduk lokal, Deutsche Welle melaporkan.
Sejumlah laporan mengungkapkan orang-orang di kamp tersebut terpaksa menggali lubang sendiri untuk menemukan air minum. Sementara PBB menyebut situasi di sana “sebuah kejadian darurat kemanusiaan yang meluas.”
Dalam sebuah operasi keras terhadap ‘manusia perahu’ yang tiba di negara tersebut, Australia mendirikan kamp-kamp penjara di kepulauan Pasifik Manus dan Nauru di PNG, hampir lima tahun yang lalu, untuk memproses pencari suaka.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
PBB dan pembela hak asasi manusia telah mengecam perlakuan Australia terhadap pencari suaka di tengah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, dan menuntut agar kamp-kamp tersebut ditutup.
Fasilitas penahanan Pulau Manus telah ditutup pada Selasa lalu, namun 600 orang di sana membarikade diri mereka tanpa makanan dan air untuk memprotes tindakan otoritas Australia dan PNG. Mereka meminta negara lain untuk menerima mereka.
“Kami memohon masyarakat internasional untuk menyelamatkan kami,” kata seorang pencari suaka, Abdul Azziz Adam, dalam pesan video dari kamp di PNG.
“Apa yang sedang terjadi di Pulau Manus saat ini adalah krisis kemanusiaan dan tidak ada yang mau membantu kami,” ujarnya seperti dilansir Al Jazeera.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Penghuni kamp terpaksa minum air hujan dan menggali sumur mereka sendiri agar bisa bertahan.
Pemerintah Australia mengatakan 600 orang telah ditawarkan akomodasi alternatif di tempat lain di Pulau Manus, namun para pengungsi mengatakan langkah itu tidak akan memberikan mereka rasa aman dari penduduk lokal yang mengganggu mereka.
Banyak pencari suaka melaporkan bahwa mereka diserang oleh orang PNG yang tidak menginginkan kehadiran mereka di pulau itu.
Selandia Baru telah menawarkan untuk menampung 150 pencari suaka, dan Perdana Menteri Jacinda Ardern akan tiba di Sydney pada Ahad (5/11) untuk membahas situasi tersebut dengan mitranya, Malcolm Turnbull. Sejauh ini, Australia menolak tawaran tersebut.
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
“Kami meminta pemerintah Selandia Baru untuk menyelamatkan kami karena Selandia Baru adalah satu-satunya negara saat ini yang berjuang ingin membawa kami keluar dari pusat penahanan ini,” kata Adam dalam pesan video tersebut.
Andrew Thomas dari Al Jazeera, yang meliput demonstrasi di Sydney pada Sabtu, mengatakan pesan utama yang disuarakan pengunjuk rasa adalah agar pemerintah ‘membawa mereka ke Asutralia’. (T/R11/RS2)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon
http://www.dw.com/en/australian-rally-over-unsafe-conditions-for-manus-refugees/a-41234095
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang