Abuja, Nigeria, 7 Rajab 1435/6 Mei 2014 (MINA) – Sebanyak delapan orang anak perempuan Nigeria diculik lagi oleh sebuah kelompok bersenjata di negara bagian Borno, utara Nigeria, menurut warga setempat.
“Putri adik saya di antara delapan anak perempuan tidak bersalah yang dibawa pergi,” kata Ndah Sulaiman, warga setempat kepada Anadolu Agency melalui telepon, Selasa (6/5), yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Taofeeqi Manu, warga lokal lainnya mengatakan, orang-orang bersenjata yang mereka yakini sebagai anggota Boko Haram, menyerang Desa Waraba di Gwoza, Borno pada Ahad malam.
Dia mengatakan, orang-orang bersenjata menculik delapan gadis remaja, sekitar usia 12 sampai 15 tahun.
Baca Juga: Selama 84 Pekan Ribuan Warga Maroko Protes Genosida di Gaza
“Selain menculik gadis-gadis, mereka juga memenuhi truk mereka dengan bahan makanan dan ternak kami,” kata Manu kepada Anadolu melalui telepon, sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA). “Tentu saja kami semua lari. Lima orang tewas.”
Gwoza adalah sebuah kota sekitar 160km dari Maiduguri, ibukota Provinsi Borno, kota yang menjadi sasaran serangan kelompok Boko Haram dalam beberapa bulan terakhir.
“Ini adalah ketiga kalinya Boko Haram menculik gadis-gadis kami,” kata Sulaiman, warga yang lain.
Sebelumnya Senin, melalui rekaman video Boko Haram mengaku bertanggung jawab atas penculikan puluhan siswi menengah dari wilayah Chibok, Borno, bulan lalu.
Baca Juga: Terancam Kelaparan Massal, PBB Kirim Bantuan Udara ke Sudan Selatan
“Saya menculik gadis Anda,” kata seorang pria dalam sebuah video yang dilihat oleh Guardian, mengaku sebagai Abubakar Shekau, pemimpin kelompok itu. “Saya akan menjualnya di pasar untuk Allah. Saya akan menjual mereka dan menikahkan mereka. Ada pasar untuk menjual manusia.”
“Wanita adalah budak. Saya ingin meyakinkan saudara-saudara Muslim saya bahwa Allah berfirman, budak diijinkan dalam Islam,” tambahnya, dalam referensi yang jelas merujuk kepada tradisi kuno yang membolehkan memperbudak perempuan hasil tangkapan selama jihad atau Perang Suci.
Menurut Sulaiman, insiden Chibok menarik perhatian dunia karena jumlah korban penculikan tinggi dan itu terjadi di sekolah.
Pada tanggal 14 April, militan menyerbu Sekolah Menengah Negeri Wanita di Chibok, di pinggiran Sambisa Forest yang dikenal sebagai daerah persembunyian Boko Haram.
Baca Juga: Kongo dan Rwanda Sepakat Damai, Sekjen PBB Sambut Baik
“Tidak ada yang aman,” kata Musadiq Aruwa, penduduk Chibok. “Penculikan merajalela, terutama di jalan raya.” (T/P09/IR).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Ratusan Akademisi Seru Universitas Stellenbosch Afsel Bela Palestina