KEGEMBIRAAN menyelimuti warga Gaza yang sudah tidak sabar menanti berakhirnya perang, setelah warga menerima pengumuman dari Qatar yang telah mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Sorak sorai dan teriakan takbir “Allahu Akbar…. Allahu Akbar…!!!” terdengar dari warga Gaza di jalan-jalan.
Bagi warga Gaza, seperti sudah melupakan bagaimana rasanya hidup yang sebenarnya. Penderitaan dan kerusakan besar yang menimpa Jalur Gaza dan penduduknya, telah menghancurkan kehidupannya.
Air mata suka dan kebahagiaan mengalir di antara penduduk Gaza, yang telah kehilangan harapan selama lebih dari setahun untuk mencapai momen di mana perang pemusnahan akan berakhir. Setelah sebelumnya keengganan pemerintah Israel dalam berbagai kesempatan untuk mencapai gencatan senjata, dan keinginannya untuk meneruskan perang genosida.
Baca Juga: Bencana Kebakaran Los Angeles dalam Perspektif Al-Qur’an
Dari selatan Jalur Gaza hingga utara, penduduk berbagi penderitaan. Orang-orang yang mengungsi dari bayang-bayang kematian di selatan Jalur Gaza, rindu untuk kembali ke rumah mereka di utara Jalur Gaza, setelah mereka terpaksa tinggal di tenda-tenda yang tidak dapat melindungi mereka dari teriknya musim panas atau dinginnya musim dingin.
Duka telah dirasakan warga, bersama dengan merebaknya serangga di dalam tenda-tenda dan merebaknya penyakit menular di antara mereka. Air mata warga telah habis menghadapi perang paling brutal dan mesin pembunuh zionis Israel, yang dengan sengaja menghukum massal warga dengan terus melakukan pembantaian dan penghancuran rumah-rumah warga.
Kini warga Gaza bersiap untuk menerima keluarganya, sahabatnya, para tahanan dari penjara-penjara Israel dan saudara-saudara mereka yang setahun ini terpisah, dari pengungsi di Jalur Gaza selatan.
Di daerah Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, tempat ratusan ribu orang mengungsi, perayaan dan kegembiraan mulai memenuhi jalan-jalan. Para pengungsi bergembira melupakan duka mereka, untuk mulai bersiap kembali ke rumah mereka, yang sebagian besar sudah rata dengan tanah. Namun mereka optimis akan membangunnya kembali.
Baca Juga: Pertukaran Tahanan, Bagaimana Nasib Jenazah Al-Sinwar?
Dalam wawancara dengan koresponden Al-Quds Al-Araby, warga Gaza yang berpartisipasi dalam kegiatan perayaan di Jalur Gaza selatan mengungkapkan kegembiraan besar mereka atas tercapainya gencatan senjata di Gaza dan berakhirnya perang pemusnahan yang telah berlangsung selama lebih dari setahun.
Genosida yang telah membuat mereka tidak bisa tidur dan hidup aman, di samping perang kelaparan yang telah dipraktikkan oleh pendudukan zionis sebagai sarana tekanan terhadap warga Gaza. Namun warga tetap bertahan untuk berdiri di belakang dan di samping para pejuang perlawanan. Bertolak belakang dengan warga Israel yang berdemo mengecam pemerintahnya, karena tak sanggup membebaskan sandera selama ini.
Abu Hamdan, seorang warga yang mengungsi bersama keluarganya dari kamp Jabalia ke wilayah Tahlia di sebelah barat kota, mengatakan, “Sejak perang dimulai, kami tidak menyangka akan datang hari di mana perang akan berakhir”.
Ia menunjukkan, meskipun tingkat penderitaan besar yang dialami oleh masyarakat Jalur Gaza akibat kerugian dan kehancuran besar, momen pengumuman gencatan senjata, memicu air mata kebahagiaan di mata orang dewasa, anak-anak dan wanita.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-41] Menundukkan Hawa Nafsu
“Ini adalah kesempatan besar untuk menghentikan genosida yang dilakukan oleh pendudukan dengan cara yang gila-gilaan terhadap penduduk, dan untuk menghentikan pertumpahan darah yang telah berlangsung selama satu tahun lebih,” ujarnya.
Ia menyebutkan, lebih dari satu juta orang pengungsi dari wilayah utara dan kota Gaza, serta telah menunggu selama lebih dari setahun untuk diizinkan kembali ke rumah mereka, setelah mereka dipaksa keluar akibat pemboman ke arah selatan, hingga mereka meninggalkan rumah dan pekerjaan mereka.
Warga tetap bertahan tidak keluar dari wilayah Gaza, walaupun puluhan ribu ton bom telah membumihaguskan Gaza, dalam rencana pendudukan Israel mengusir penduduk dari Jalur Gaza dan mengakhiri perjuangan Palestina. Akan tetapi semua upaya pendudukan itu gagal.
Warga lainnya, Hajja Umm Maysara, mengenakan bendera Palestina dan keluar sambil bersorak-sorai dan bertakbir, merayakan bersama sejumlah besar warga atas berita tercapainya kesepakatan gencatan senjata.
Baca Juga: Potret Ademnya Masjid Tuo Al-Khairiyah di Tapaktuan
Dia telah kehilangan sejumlah anggota keluarganya setelah rumahnya di Kota Gaza dibom pada awal perang pemusnahan, dan dia mengungsi setelah kehancuran itu.
“Meskipun bencana besar menimpa keluarga dan rumah saya, saya merasa senang bahwa genosida yang telah menghabiskan dan menghancurkan impian, kepentingan, mata pencaharian, dan kehidupan sebagian besar warga Gaza telah berakhir. Dan di sinilah kita hari ini. Alhamdulillah, kita telah sampai pada akhir tragedi yang belum pernah kita alami sebelumnya,” lanjutnya.
Warga lainnya, Abu Aziz, tengah bersiap menyambut putranya yang dijadwalkan akan dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan pertukaran tahanan, setelah menghabiskan 9 tahun di penjara dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Ia menerima berita gencatan senjata itu dengan gembira. dan meneriakkan “Allahu Akbar”, meski kehilangan rumahnya di kamp Nuseirat, Jalur Gaza Tengah.
Baca Juga: Pengusiran Jurnalis di Konferensi Pers Menlu AS dan Seruan Keadilan untuk Palestina
“Kami hidup di wilayah yang penuh berkah, dan kami sudah terbiasa dengan peperangan dan kehancuran. Kami menganggap semua itu kehendak Allah, dan para syuhada masih hidup bersama Allah,” ujarnya.
“Ada ribuan keluarga yang telah menunggu hari ketika kerabat mereka akan dibebaskan dari penjara Israel, dan sekarang saat yang mereka tunggu-tunggu telah tiba untuk menerima keluarga mereka, untuk dipersatukan kembali dan untuk kehidupan kembali,” imbuhnya menahan haru dan gembira. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Genjatan Senjata di Masa Nabi Muhammad