Gaza, MINA – Beberapa warga Palestina di utara Gaza telah beralih menggunakan limbah plastik untuk membuat bahan bakar karena Israel memblokir hampir semua bahan bakar ke Gaza sebagai bagian dari genosida di daerah kantong yang terkepung itu.
“Kami berjalan jauh untuk mengumpulkan plastik dan membawanya dari gedung dan menara yang runtuh. Terkadang saya takut akan pengintaian [oleh pasukan pendudukan Israel] dan saya takut puing-puing jatuh menimpa saya saat saya berjalan,” kata Mostafa Mosleh (16) sambil memegang sampah plastik yang telah ia kumpulkan selama 13 jam, Middle East Monitor melaporkannya, Kamis (12/9).
Saudaranya, Mahmoud Mosleh (35), memilah barang plastik tersebut bersama pekerja lain, memotongnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan kemudian membakarnya dalam oven darurat yang didirikan di antara sisa-sisa bangunan.
“Saya punya ide, dan bersyukur kepada Allah, kami berhasil dengan bantuan Allah untuk mengubah plastik menjadi bensin dan bahan bakar,” kata pengungsi Gaza itu.
Baca Juga: Kabar dari Gaza, Fikri Mer-C: “Kita Bergeser ke Selatan, Malam Mencekam”
“Kami beralih ke pekerjaan ini karena kekurangan produk minyak bumi yang parah,” tambahnya.
Proses pembakaran plastik penuh dengan tantangan, dan pembakaran merupakan risiko seperti halnya pemboman, tetapi setelah 11 bulan genosida, warga Gaza yang menghadapinya dengan tabah.
“Kita berjalan dengan perlindungan Allah,” kata Mahmoud.
Dulunya, ia bekerja di pabrik semen dan industri bahan bangunan. Mosleh merupakan pengungsi dari Beit Hanoun di Gaza utara.
Baca Juga: Israel Serang Gaza Utara, Relawan MER-C akan Kembali Lakukan Evakuasi
Mereka mengumpulkan barang-barang plastik dari bangunan yang hancur dan sampah yang berserakan di sekitar area tersebut. Proses membuat bahan bakar ini memakan waktu berjam-jam.
Mosleh bersama timnya mampu memproduksi 50 hingga 60 liter bahan bakar, lalu ia menjualnya 35 shekel atau sekitar Rp 144 ribu per liter.
Warga Palestina lainnya, pengemudi berusia 53 tahun, Farid Gomaa, menuju ke Beit Lahia di bagian utara Jalur Gaza untuk mendapatkan sebagian bahan bakar yang dihasilkan dari pembakaran plastik, sambil menghadapi serangan udara Israel yang meluas.
“Kami datang ke sini di tengah bahaya dan kami melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan satu liter bahan bakar, yang lebih murah dibandingkan di tempat lain,” katanya.[]
Baca Juga: Pasukan Irak Serang Israel dengan Rudal Jelajah dan Drone
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas dan Fatah Bertemu di Mesir Bahas Visi Terpadu Gaza