Gaza, MINA – Warga Palestina di Kota Gaza secara tegas menolak meninggalkan rumah dan tanah mereka usai kabinet keamanan Israel pada Jumat (8/8) memutuskan akan mengambil alih kota terbesar di Jalur Gaza. Keputusan tersebut memicu gelombang kemarahan dan rasa takut di tengah penduduk yang sudah lama menderita akibat agresi militer Zionis.
Al Jazeera melaporkan, sebagian besar warga memilih bertahan meski menghadapi ancaman kematian. “Demi Tuhan, saya sudah menghadapi kematian sekitar 100 kali, jadi bagi saya, lebih baik mati di sini,” kata Ahmed Hirz, warga Palestina yang telah mengungsi bersama keluarganya sedikitnya delapan kali sejak serangan Israel dimulai Oktober 2023.
“Kami telah melewati penderitaan, kelaparan, penyiksaan, serta kondisi yang menyedihkan. Keputusan akhir kami adalah mati di sini,” tambahnya.
Sentimen serupa disuarakan Rajab Khader, warga lain yang menegaskan lebih memilih “tinggal di jalanan bersama anjing dan hewan lainnya” ketimbang pergi mematuhi perintah rezim Zionis.
Baca Juga: Israel Ultimatum Warga Gaza untuk Mengungsi sebelum 7 Oktober 2025
Sementara Maghzouza Saada, yang pernah mengungsi dari timur laut Beit Hanoon, mengungkapkan frustrasinya karena tidak ada satu pun tempat di Gaza yang aman. “Selatan tidak aman, Kota Gaza tidak aman, utara tidak aman. Ke mana kita harus pergi? Apakah kita harus menceburkan diri ke laut?” ujarnya.
Rencana pendudukan penuh Kota Gaza disetujui Kabinet Keamanan Israel pada Jumat pagi atas usulan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Operasi militer ini mendapat kecaman internasional, termasuk dari Australia, Jerman, Italia, Selandia Baru, dan Inggris yang menilai langkah itu akan memperburuk krisis kemanusiaan dan berpotensi melanggar hukum internasional.
Perang destruktif Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 61.000 orang di Gaza, membuat wilayah itu berada di ambang kelaparan, dan memicu gugatan genosida terhadap Tel Aviv di Mahkamah Internasional (ICJ). []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Keluarga Sandera Demo Besar di Seluruh Israel, Tolak Pencaplokan Gaza