WARGA IRAK YAKIN ISIS CIPTAAN CIA

Warga Irak tidak percaya kepada Amerika (Foto: Wikimedia Commons)
tidak percaya kepada Amerika (Foto: Wikimedia Commons)

Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Di saat (AS) bersama sekutu-sekutunya melancarkan perang habis-habisan terhadap kelompok yang bernama (Islamic State/IS) atau , di Irak makin kental adanya teori dalam hubungan organisasi militan itu dengan Amerika Serikat.

Warga Irak meyakini bahwa kelompok militan itu merupakan ciptaan badan pusat intelijen AS () untuk mencari dalih yang memungkinkan campur tangan AS di daerah mereka.

“Negara Islam adalah ciptaan yang jelas dari Amerika Serikat,” kata Haidar Al-Assadi (40), warga Syiah Irak, kepada New York Times, Ahad, 21 September.

“Amerika Serikat sedang mencoba untuk intervensi lagi dengan menggunakan alasan Negara Islam,” tambahnya.

Pendapat yang diungkapkan oleh Al-Assadi, dianut oleh sebagian besar warga Irak yang membentang dari kantor tertinggi di pemerintahan Irak hingga di jalan-jalan Baghdad.

“Kami tahu tentang siapa yang menciptakan Daesh (Negara Islam dalam bahasa Arab),” kata Bahaa Al-Araji, Wakil Perdana Menteri dalam pemerintah Irak yang baru terbentuk. Dia turut pada aksi protes yang diselenggarakan ulama Syiah, Moktada Al-Sadr, menentang kemungkinan penyebaran pasukan darat Amerika di Irak.

Pendapat Al-Araji ini, dianut juga oleh sebagian besar ribuan orang yang berdemonstrasi, termasuk puluhan anggota DPR.

Sebelumnya, Sadr menyalahkan CIA telah menciptakan kelompok Negara Islam dalam pidatonya pekan lalu.

Teori konspirasi yang mengakar menggarisbawahi kecurigaan mendalam pengembalian militer Amerika ke Irak lebih dari satu dekade setelah invasi pada 2003.

Reli demonstrasi pada Sabtu (20/9) memberikan peringatan dari para pemimpin milisi Syiah yang dianggap dekat dengan Iran, kepada AS untuk tidak menempatkan tentaranya kembali di Irak.

Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama menyatakan bahwa dia telah melegalkan serangan udara AS untuk pertama kalinya di Suriah dan akan lebih banyak serangan di Irak.

Dia memerintahkan tambahan 475 personil untuk membantu pasukan Irak dan Kurdi yang terkepung. Dia juga meminta Kongres AS bergerak cepat untuk menyetujui anggaran ratusan juta dolar guna meningkatkan pendanaan pelatihan serta memperlengkapi oposisi Suriah.

Meskipun Obama berjanji untuk tidak mengirim pasukan tempur, sebagian warga Irak tidak percaya padanya.

“Kami tidak percaya padanya,” kata Raad Hatem (40), warga Irak.

 

Kegagalan Pemerintah Irak

Militan ISIS di Raqqa, basis ISIS di Suriah (Foto: Al Jazeera)
Militan ISIS di Raqqa, basis ISIS di Suriah (Foto: Al Jazeera)

Penolakan pengiriman pasukan Amerika adalah jawaban warga Irak atas seruan dari para pemimpin agama Syiah untuk mempertahankan Irak dari kelompok Negara Islam tanpa bantuan asing.

“Ini adalah bagaimana caranya kita melakukannya,” kata Al-Assadi.

“Alasan utama Obama mengatakan dia tidak akan menyerang lagi karena dia tahu perlawanan milisi Syiah dan dia tidak ingin kehilangan satu pun prajuritnya.”

Warga Irak juga telah melampiaskan amarahnya pada pemerintah yang didominasi Syiah dari mantan Perdana Menteri Nuri Kamal Al-Maliki, karena gagal membangun tentara yang handal.

“Kami memiliki pasukan yang kuat, jadi di mana tentara ini sekarang?” Tanya Waleed Al-Hasnawi (35), seorang Syiah.

“Maliki memberi mereka segala sesuatu, tetapi mereka meninggalkan medan perang.”

Omar Al-Jabouri (31), seorang Muslim Sunni dari lingkungan mayoritas Syiah di Baghdad, yang turut menghadiri reli mengatakan, ia relawan Brigade Syi’ah dan dia berpendapat bahwa Maliki telah mengasingkan sebagian besar warga Irak, terlepas dari sekte mereka.

“Dia tidak hanya mengecualikan dan meminggirkan orang-orang Sunni, dia juga mengabaikan orang-orang Syiah,” kata Jabouri.

“Dia memberi bantuan khusus kepada keluarganya, teman-temannya, orang yang dekat dengannya. Dia tidak benar-benar membantu orang-orang Syiah.”

Tapi Negara Islam adalah cerita yang berbeda, kata Jabouri.

“Hal ini jelas bagi semua orang bahwa Negara Islam adalah ciptaan Amerika Serikat dan Israel.”

Agustus lalu, BBC melaporkan teori konspirasi lain kutipan dokumen Snowden yang mengklaim bahwa Abu Bakr Al-Baghdadi, pemimpin ISIS, dilatih oleh Mossad dan CIA.

Kebohongan tersebar luas bahwa nama aslinya bukan Ibrahim Awwad Ibrahim Ali Al-Badri Al-Samarrai, tapi Simon Elliot. (T/P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0