WARGA IRAN DI PARIS KECAM PELANGGARAN HAM REZIM ROUHANI

Warga Iran di Paris gelar unjuk rasa menolak kedatangan Presiden Hassan Rouhani ke Paris. Mereka juga mengkritik lonjakan pelanggaran hak asasi manusia dan eksekusi yang dilakukan rezim Iran (NCRI)
Warga di gelar unjuk rasa menolak kedatangan Presiden Hassan Rouhani ke Paris dan mengkritik lonjakan pelanggaran hak asasi manusia dan eksekusi yang dilakukan rezim Iran. (Dok. )

Paris, 24 Rabi’ul Awwal 1437/4 Januari 2016 (MINA) – Warga Iran yang menetap di Paris, Perancis, Sabtu (2/1), menggelar unjuk rasa untuk mendukung penegakkan hak asasi manusia (HAM) di Iran dan mengecam lonjakan jumlah orang yang dieksekusi di negara itu selama kepemimpinan Hassan Rouhani.

Para pengunjuk rasa memegang spanduk yang mengutuk pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan oleh rezim mullah di Teheran, termasuk lebih dari 2.000 eksekusi yang dilakukan di bawah pengawasan Rouhani, demikian National Council of Resistance of Iran (NCRI) yang dikutip Mi’raj Islam News Agency (MINA).

Mereka juga membawa poster yang menunjukkan sejumlah contoh dan gambar korban pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh rezim Iran.

“Kami mendesak pemerintah Perancis tidak menyambut Rouhani di Paris akhir bulan ini dan menegaskan bahwa peningkatan hubungan dengan rezim Iran harus didasarkan pada penghentian eksekusi dan pelanggaran hak asasi manusia di Iran,” ungkap NCRI.

Para pendukung kelompok oposisi Iran meneriakkan slogan-slogan mendukung perubahan demokratis di Iran. Aksi protes ini mendapat dukungan luas dari warga lokal Prancis.

Menurut data NCRI, lebih dari 120.000 tahanan politik, sebagian besar berafiliasi dengan kelompok oposisi utama Iran, Organisasi Mujahidin Rakyat Iran (PMOI atau MEK), telah dieksekusi dalam 34 tahun terakhir oleh rezim mullah.

Sementara di tempat terpisah, rezim fundamentalis Iran pada Sabtu mengeksekusi seorang pria cacat di sebuah penjara di Khoramabad, Iran Barat, dengan cara digantung, Tahanan yang diidentifkasi sebagai Mehdi Ranjkesh itu telah menghabiskan lima tahun terakhir di balik jeruji besi.

Ranjkesh, yang dituduh terlibat kasus obat-obatan, mengalami cacat secara fisik dan cacat mental dan telah ditolak menerima perawatan medis yang tepat selama di penjara. (T/P022/R05)

 

 Mi’raj Islamic News Agency (MINA)