Warga Kampungku Tak Lagi Merana

oleh: Widi Kusnadi, wartawan MINA

Kumandang azan Magrib menggema, menyeruak menembus relung-relung hati para warga. Merdu suaranya mengingatkan kebesaran Sang Pencipta alam semesta. Senja pun menyingsing, berpamitan seiring memudarnya mega merah di ufuk barat alam raya.

Di sebuah kampung pinggiran Kabupaten Bogor itu, puluhan pasang kaki melangkah, tua-muda, lelaki dan wanita, mereka berduyun-duyun menuju masjid yang terletak di jantung kampung mereka. Di masjid itu, mereka mengadu kepada kepada Tuhan Sang Pencipta, berdzikir menyebut asma-Nya, menangis memohon ampunan atas segala dosa, bertaubat dari segala khilaf dan alpa.

Sebagaimana permasalahan yang terjadi di hampir seluruh penjuru Indonesia, bahkan masyarakat dunia. Pandemi Covid-19 semakin merajalela. Kampung mereka pun merasakan hal yang sama. Meski tidak banyak, bisa dihitung dengan jari tangan, beberapa warganya terpaksa melakukan isoman.

Covid-19 yang semakin mengganas, menyerang siapa saja yang lengah lagi abai dengan protokol kesehatan. Sementara di ujung lorong-lorong rumah sakit, banyak pasien menunggu giliran, sekali waktu terdengar isak tangis, menyesali  jiwa-jiwa yang berpisah dengan jasadnya, meningalkan dunia yang fana, menghadap Sang Khaliq di alam baqa.

Tenaga medis sudah terlalu lelah. Mereka bekerja siang maupun malam, menyimpan kelelahan yang begitu mendalam. Namun, semangat mereka tak pernah luntur, meski satu demi satu mereka harus gugur.

Sementara pemerintah tengah berupaya maksimal menghadapi wabah. Sejumlah kebijakan diberlakukan, mulai dari Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Ratusan, bahkan ribuan triliun rupiah anggaran negara sudah dikeluarkan. Namun tampaknya, pandemi masih belum juga terkendali.

Pandemi yang belum juga mereda menjadi bukti lemahnya manusia. Untuk menyelesaikannya, manusia harus kembali kepada syariat-Nya. Tidak ada jalan lain kecuali meminta petunjuk dan pertolongan-Nya.  Hanya Dialah yang mampu menyelesaikan masalah, setelah manusia berusaha maksimal sesuai tuntunan-Nya. Apabila manusia sakit, Allah lah Yang Maha Mengobati semua penyakit.

Warga Menghadapi Wabah

Beberapa warga kampungku menuturkan, sudah beberapa bulan ini warga sudah tak lagi gelisah. Perbincangan mereka tidak lagi melulu soal wabah. Kini warga kampungku sudah punya kesibukan yang lebih bermakna, daripada sekadar memperbincangkan Corona.

Angka kesembuhan bagi yang sakit sangat memuaskan.  Meski sempat beberapa pekan masjidku tak menyelenggarakan Jumatan, beberapa kegiatan taklim juga sempat diliburkan. Namun berangsur-angsur, kampungku kini kembali kepada kehidupan normal. Warganya kini sudah bisa beraktifitas, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Setelah selesai shalat berjamaah, mereka tidak segera beranjak pergi. Minimalnya, lima hingga sepuluh menit waktu mereka luangkan untuk tilawah Al-Quran.  Warga meyakini dengan membaca Al-Quran, bisa sebagai salah satu washilah dekat dengan Allah.

Arfan, seorang warga kampungku menuturkan, dirinya bersama warga lainnya merasakan betapa tilawah Al-Quran yang mereka biasakan memberi dampak besar bagi masyarakat. Setelah membaca Al-Quran, dan para warga kembali ke rumah masing-masing. Ada perasaan gembira, senang dan riang, yang mereka bawa pulang. Hal itulah yang membuat anggota keluarga lainnya ikut menjadi gembira, hingga tidak ada lagi suasana mencekam di rumah-rumah mereka.

Energi positif itu menjalar, menyebar hingga kepada para tetangga. Lantunan salam dan sapa di antara sesama warga membuat mereka bersemangat dalam beraktifitas. Walhasil, warga kampungku memiliki semangat yang semakin menggelora. Suasana mencekam dari berita-berita di media sosial tentang orang-orang yang meninggal, kini tak lagi dirasakan.

Kebiasaan rutin membaca Al-Quran setiap hari tak hanya mendatangkan pahala yang berlimpah. Namun mampu memberikan dampak besar bagi kesehatan. Manfaat membaca Al-Quran bagi kesehatan, salah satunya dibuktikan oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmed Al-Qadhi, seorang yang bekerja di sebuah Klinik Florida, Amerika Serikat. Hasil penelitiannya menunjukkan, membaca atau memperdengarkan lantunan ayat suci Al-Quran dapat memberikan perubahan fisiologis yang besar bagi tubuh manusia.

Dr. Ahmed Al-Qadhi mengatakan, di antara manfaat langsung membaca Al-quran adalah: meredakan stress dan rasa cemas, menstabilkan tekanan darah dan denyut jantung, meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, dan membantu menghancurkan sel-sel kanker.

Selain itu, shalat malam tetap digalakkan. Mereka membuat grup whatsapp untuk dapat saling membangunkan. Mereka juga saling menshare doa-doa,  memberi nasihat dan semangat kepada mereka yang sedang sakit, berkirim Al-Fatihah agar lekas pulih dan kembali giat beribadah.

Warga kampungku juga punya warung sedekah yang menyediakan sayur-mayur dan kebutuhan dapur. Bagi warga yang menganggur, tak punya cukup uang untuk membeli kebutuhan, bisa mengambil secara gratis, sesuai dengan keperluan.

Dengan menggalakkan sedekah, kiranya Allah menjauhkan kampungku dari bala’ dan musibah. Dengan membiasakan bersedekah, terutama di pagi hari, malaikat senantiasa mendoakan keselamatan dan keberkahan rizki.

Sosok Pemimpin yang Berwibawa

Di atas mimbar, Sang pemimpin di kampung itu menyampaikan tausiyahnya. Ia meyakinkan jamaah, bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Allah Maha Penyembuh, sehingga apapun penyakit yang ada di dunia, pasti sudah disediakan obat penangkalnya.

Sang pemimpin tanpa kenal lelah memberi arahan, mengecek, memantau warga kampungku siang dan malam. Hampir setiap pagi, para staffnya berkeliling, mendatangi rumah-rumah warga, melihat secara langsung keadaan mereka, memastikan kebutuhan mereka tercukupi.

Dengan kharisma yang ia miliki, Pemimpin selalu menekankan agar masyarakat saling bahu membahu, bekerja sama, saling menasihati dan berbagi dalam menghadapi wabah. Gerakan 3 M Plus Doa selalu menjadi pedoman, siapapun yang berada di kampung itu wajib taat aturan.

Menurutnya, menerapkan 3 M (Mencuci tangan, memakai masker dan menghindari kerumunan) untuk mencegah kemudaratan pada diri sendiri dan orang lain merupakan bentuk ibadah. Jika dilaksanakan dengan disiplin dan ikhlas, pastinya akan memberi manfaat bagi dirinya dan sesama warga.

Amalan-amalan lain seperti sedekah, menjadi kebiasaan rutin yang mereka lakukan dengan menyediakan warung sedekah gratis. Di pojok portal kampung, mereka menyediakan beras dan aneka kebutuhan dapur. Siapa saja yang memerlukan, dipersilakan mengambil sesuai kebutuhan.

Pemimpin kharismatik sangatlah dinantikan di tengah banyaknya cobaan yang dirasakan. Sosok pemipin yang mampu menenteramkan hati warganya, memberi solusi atas permasalahan yang mereka hadapi, memberi ketenangan dan perhatian maksimal, sehingga wargapun mematuhi peraturan dengan penuh kerelaan, tanpa paksaan.

Kekompakan dan kebersamaan antar sesama warga mutlak diperlukan, terutama saat-saat pandemi menghadang. Pemimpin yang mencintai dan peduli dengan warganya, dan warga yang patuh dan bersungguh-sungguh menjalankan instruksi pemimpinnya menjadi pilar dasar mengatasi segala permasalahan.

Kiranya, keharmonisan yang ada di kampungku itu tetap lestari, dapat menjadi contoh bagi masyarakat lainnya yang sedang menghadapi cobaan pandemi. Semoga memberi inspirasi bagi kampung lainnya dan siapa saja yang mendamba sebuah kehidupan yang penuh berkah, dalam balutan Al-Quran dan kehidupan berjamaah. (A/P2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)