Beirut, MINA – Lebanon dilanda suasana kesedihan dan kemarahan pada Rabu (4/8/2021), setahun setelah ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Sejumlah pawai dipimpin oleh kerabat korban, kelompok oposisi yang terkait dengan gerakan protes Oktober 2019, tentara Lebanon dan beberapa partai politik, mulai berlangsung di seluruh Beirut dari pukul 12 siang (9 pagi GMT) hingga malam.
Beberapa demonstrasi semacam itu terjadi di lingkungan Mar Mikhael dan Gemmayzeh yang terpukul keras di pelabuhan, sebelum ribuan pengunjuk rasa menuju ke parlemen, yang terletak di pusat kota Beirut, demikian Middle East Eye melaporkan.
Satu menit mengheningkan cipta diadakan di pelabuhan pada pukul 18:07 (15:07 GMT), waktu yang sama ketika ledakan melanda kota, kemudian seorang wanita menyanyikan lagu kebangsaan.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Pasukan keamanan Lebanon menggunakan sejumlah besar gas air mata, meriam air dan pentungan terhadap demonstran di dekat parlemen pada Rabu (4/8) malam, ketika pengunjuk rasa yang marah menyalakan api dan melemparkan batu ke arah gedung pemerintah, ketika beberapa mencoba menerobos barikade.
Sekelompok kecil pengunjuk rasa juga terlihat melemparkan batu ke jendela Kementerian Ekonomi, yang terletak di lingkungan yang sama.
Palang Merah Lebanon melaporkan bahwa lebih dari 50 orang terluka dalam protes tersebut, termasuk enam orang yang dikirim ke rumah sakit untuk perawatan.
Pasukan Lebanon telah menutup sejumlah jalan di dalam dan sekitar pusat kota pada Rabu pagi menjelang pawai, ketika puluhan ribu turun ke jalan pada sore hari untuk meratapi nyawa yang hilang, dan menyerukan keadilan.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
“Kami pertama-tama ingin keadilan bagi para korban. Kami ingin jawaban, kami ingin tahu siapa yang bertanggung jawab membiarkan amonium nitrat masuk ke negara itu, siapa yang menyimpannya, untuk siapa, dan siapa yang menyalakannya,” Kayan Tlais, juru bicara komite keluarga korban.
Tlais kehilangan saudara laki-lakinya yang berusia 39 tahun, Mohammad, seorang mandor di terminal peti kemas pelabuhan.
“Agar kami menemukan kedamaian, kami ingin setiap orang yang bertanggung jawab atas kejahatan ini dimintai pertanggungjawaban,” katanya. (T/R6/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB