Bangkok, MINA – Fatima Jaber, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) mengungkapkan, pengungsi Palestina di Thailand menderita kondisi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup mereka.
“Sebagian besar dari mereka tidak mampu mengamankan persyaratan penuh kehidupan yang layak, memperbarui dokumen tempat tinggal dan perawatan kesehatan mereka,” ujar Fatima. Seperti dilaporkan Quds Press, Selasa (25/1).
Ia mengungkapkan, para pengungsi Palestina di Thailand menghadapi kesulitan untuk memasuki pasar tenaga kerja, karena kondisi ilegal mereka.
“Beberapa pengungsi Palestina di sana tidak memiliki cukup uang yang dibutuhkan untuk membeli sejumlah makanan, obat-obatan, dan memperbarui tempat tinggal,” lanjutnya
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Ia menambahkan, utang juga telah membebani keluarga Palestina yang anggotanya menjalani operasi bedah di rumah sakit Thailand.
Beberapa keluarga juga masih harus membayar biaya perawatan anggota kerabat mereka yang telah meninggal, imbuhnya.
“Beberapa keluarga Palestina telah meninggalkan Thailand ke Eropa setelah pihak berwenang Thailand melakukan wawancara perjalanan mereka. Sementara keluarga lain sedang menunggu tanggal untuk bepergian sehubungan dengan pandemi Corona,” ujar Fatima.
Menurut data yang ia miliki, sebagian besar pengungsi Palestina yang tiba di Thailand sembilan tahun lalu, tinggal di ibu kota Bangkok. Mereka berasal dari Palestina di Suriah dan Irak.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Jumlah pengungsi Palestina di Thailand diperkirakan 350 orang, sebelum jumlah mereka yang meninggalkan negara itu. (T/RS2/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon