Ramallah, MINA – Kesepakatan rekonsiliasi terbaru antara pemerintah Hamas di Jalur Gaza dan Otoritas Palestina di Tepi Barat disambut antusias oleh sebagian besar warga Palestina. Sementara beberapa orang lainnya menyatakan keraguannya, apakah rekonsiliasi akan bertahan lama.
Banyak kalangan berharap bahwa kepemimpinan Palestina bersatu akan mengantarkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik, mengakhiri perbedaan 11 tahun tersebut.
Berikut wawancara Al-Jazeera edisi 6 Oktober 2017, yang dikutip Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency), terhadap orang-orang Palestina dari Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Warga Jalur Gaza
Baca Juga: Puluhan Ekstremis Yahudi Serang Komandan IDF di Tepi Barat
Mohammed Al-Homs (23 th), Mahasiswa:
Saya berharap akan ada hasil positif terlepas dari kenyataan kita belum melihat apapun di lapangan. Saya percaya masalah ini membutuhkan lebih banyak waktu untuk diselesaikan. Kedatangan pemerintah Otoritas Palestina di Jalur Gaza merupakan pertanda baik bahwa rekonsiliasi ini akhirnya akan berjalan.
Setiap lulusan, setiap pekerja, setiap pemuda telah memiliki 11 tahun hidup mereka terpisahkan dalam blokade, perang, dan penghancuran.
Kami berharap kita bisa hidup, bahwa seorang lulusan dapat menemukan pekerjaan setelah universitas. Sehingga akhirnya mereka dapat memiliki cakrawala dan berhenti berpikir untuk meninggalkan Gaza karena mencari kehidupan yang lebih baik.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Prof Awad Qishta (56), Guru Besar :
Kami berharap bisa melihat sesuatu yang konkret terjadi di lapangan, seperti pembukaan perbatasan dan pembayaran gaji penuh pegawai pemerintah.
Pertarungan faksi politik dan peperangan media yang saling terkait tidak sehat dan tidak sesuai dengan rakyat Palestina.
Saya berharap semua orang dapat menemukan pekerjaan setelah mereka lulus, untuk mengamankan masa depan mereka, untuk hidup dalam kedamaian dan keamanan.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Faris Lutfi Nasr (60), Pensiunan :
Kali ini sepertinya rekonsiliasi akan memiliki hasil positif karena hadirnya mereka yang ingin bekerja demi kepentingan rakyat Palestina. Hal ini tidak seperti saat-saat sebelumnya di mana masing-masing pihak bekerja untuk mendapatkan keuntungan mereka sendiri.
Kaum muda lulusan, karyawan, pekerja, telah menderita selama 11 tahun terakhir. Jika rekonsiliasi ini berhasil, maka orang-orang yang telah menderita secara finansial, mental, semangat, akan memiliki kehidupan baru dan akan berusaha membangun masyarakat yang lebih baik.
Areej Hmeid (25), Pengangguran :
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Saya melihat ada ruang untuk rekonsiliasi. Sejujurnya, orang-orang bahkan dari Fatah dan Hamas, sudah muak dengan status quo.
Orang-orang telah meninggal menunggu penyeberangan perbatasan dibuka dan kaum muda banyak menjadi pengangguran. Saya sangat optimis.
Saya secara pribadi menjadi pengangguran setelah bertahun-tahun lulus dari universitas. Saya juga kehilangan adik perempuan tercinta yang meninggal karena sakit, menunggu perbatasan dibuka untuk menerima perawatan di Mesir. Ini hampir menghancurkan keluarga saya.
Selanjutnya, ibuku terdampar di Mesir selama delapan bulan dan tidak bisa kembali ke Gaza. Dia hanya berhasil kembali saat perbatasan terbuka untuk menerima kembalinya jamaah haji.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Ahmad Mohammad Al-Ja’farawi (22), Mahasiswa :
Menurut pendapat pribadi saya, sebagai seorang dari Jalur Gaza, saya tidak optimis. Buktinya, upaya rekonsiliasi telah terjadi pada masa lalu tanpa hasil apapun. Kesepakatan masa lalu selalu gagal. Walaupun kami berharap saat ini akan berhasil dan situasi kita akan membaik, mulai dari pembukaan perbatasan hingga berakhirnya blokade.
Sebagai mahasiswa tahun keempat, saya berharap bisa mendapatkan pekerjaan setelah lulus nanti. Tapi begitulah, saya masih belum melihat bahwa saya punya kesempatan.
Saya berharap, rekonsiliasi kali ini akan memberikan peluang pekerjaan setelah saya lulus.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Saja Sami Hamdan (18), Mahasiswi :
Terakhir kali sebuah kesepakatan ditandatangani, sebuah perang pun dilancarkan Zionis ke Jalur Gaza. Langkah-langkah yang diambil menuju rekonsiliasi kali ini, hampir sama terjadi sebelum tahun 2014. Kami berharap ini akan menjadi upaya rekonsiliasi serius yang tidak memiliki motif politik tersembunyi.
Saya hanya ingin mengatakan bahwa ketika poster Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi ada di Jalur Gaza, itu bukan pertanda baik. El-Sisi adalah orang yang bertanggung jawab untuk menutup perbatasan wilayah kami selama bertahun-tahun.
Kami berharap hal-hal akan membaik dalam waktu dekat, karena Gaza penuh dengan energi muda dan sumber daya intelektual yang perlu diakomodasi.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Kita membutuhkan pemuda untuk dibimbing menuju apa yang baik untuk mereka. Kami membutuhkan pekerjaan di Gaza dan listrik.
Warga Tepi Barat
Mohammed Rashid Abdeljabbar (70), Pensiunan :
Kami berdoa agar rekonsiliasi kali ini berhasil. Tidak ada yang menentangnya.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Kami adalah satu bangsa, satu orang. Pemerintah dan para pejabat tahu apa yang warga inginkan.
pemerintah perlu membantu warga mereka sendiri. Selama 11 tahun Gaza berada di bawah blokade sudah cukup.
Hikmat Hamed (24), Penulis :
Kami berharap bahwa saat ini rekonsiliasi akan dilakukan untuk kepentingan rakyat Palestina dan bukan untuk kepentingan partai politik. Wargalah yang menjadi korban faksi-faksi ini selama bertahun-tahun.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Rekonsiliasi yang utama adalah harus merekatkan kembali orang-orang Palestina.
Warga Palestina di Jalur Gaza telah membayar mahal harga yang lebih tinggi untuk faksi-faksi tersebut, lebih banyak dari pada di Tepi Barat.
Gaza harus dibangun kembali dengan infrastruktur yang benar dan diberi peluang dalam hal pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.
Majd Imad Abumayaleh (21), Mahasiswa :
Siapapun yang bekerja dari kedua belah pihak, Fatah maupun Hamas, haruslah demi kepentingan rakyat Palestina, itu penting. Perpecahan hanya akan membelah perjuangan oleh kepentingan pribadi faksi.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Kami berharap rekonsiliasi akan menghasilkan langkah konkret yang progresif. Yang kita butuhkan adalah representasi politik sejati orang-orang Palestina yang bisa berbicara dalam sebuah narasi terpadu.
Ruwaida Lutfi Omar (65), Nenek :
Kita semua berharap orang Palestina bisa bersatu lagi, dan agar semua partai politik berada di halaman yang sama. Tapi ingatlah, Zionis Israel ingin kita tetap terbagi. Adalah penting bahwa kita bisa bekerja sama satu sama lain. Saya melihat wawancara di televisi dengan Presiden Mesir El-Sisi, epertinya Mesir serius dalam usaha ini.
Mai Abughorbiah (39), Pegawai Pemerintah:
Rekonsiliasi adalah kemenangan nasional, dan seharusnya sudah dilakukan beberapa waktu lalu.
Saya harap rekonsiliasi ini akan bertindak sebagai dukungan moral dan ekonomi bagi Jalur Gaza dan Tepi Barat. Saya menganggap keduanya sebagai satu hati.
Saya berharap jalan akan terbuka bagi kita untuk saling mengunjungi. Gaza telah melalui begitu banyak rintangan dalam masa blokade. (T/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)