Kenya, MINA – Warga Somalia menghadapi Malnutrisi dan Kolera di tempat-tempat pengungsian perbatasan Kenya akibat kekeringan yang membuat satu juta warga Somalia mengungsi, dan sekitar 100.000 orang telah melarikan diri ke Kenya, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ratusan warga Somalia terus berdatangan di Dadaab setiap hari. PBB mengatakan, mungkin ada sekitar 90.000 pendatang baru pada akhir tahun.
Dikutip dari Arab News pada Selasa (28/2), warga Somalia Dool Abdirahman Ismael menceritakan bahwa ketika bayinya yang berusia tiga bulan jatuh sakit karena kekurangan gizi, ia meninggalkan desanya di Somalia, dan berjalan selama tiga hari melewati debu yang berputar-putar, panas terik menuju Kamp Pengungsi Dadaab tepat di seberang perbatasan di Kenya.
Ismael (26) mengatakan, dia berharap Dadaab akan bebas dari kelaparan, dan penyakit yang dia tinggalkan di Somalia, di mana kekeringan terburuk dalam beberapa dasawarsa serta melonjaknya harga pangan, menyebabkan jutaan orang membutuhkan bantuan.
Baca Juga: Uni Eropa Berpotensi Embargo Senjata ke Israel Usai Surat Penangkapan ICC Keluar
Sebaliknya, ibu muda itu menemukan tanah tandus, penuh sesak, dan sedikit sumber daya alam di Dadaab, salah satu kamp pengungsi terbesar di dunia dan rumah bagi 300.000 orang.
Di bangsal untuk anak-anak dengan gizi buruk, Ismael mengatakan kondisi bayinya tidak membaik sejak tiba di Dadaab. Kekurangan gizi yang parah telah membuat kepala bayi membengkak karena cairan, efek umum kekurangan gizi pada anak-anak.
“Belum ada perbaikan,” kata Ismael sambil menggendong bayinya.
Setelah lima musim hujan yang gagal berturut-turut, sebagian Somalia berada di ambang kelaparan, dan sebagian negara lainnya bernasib sedikit lebih baik.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Dalam dua tahun terakhir, kekeringan telah membuat satu juta warga Somalia mengungsi dan sekitar 100.000 orang mengungsi ke Kenya, menurut PBB.
Menurut data PBB, di Dadaab saja, setidaknya 6.000 warga Somalia yang melarikan diri dari kelaparan telah tiba di kamp tersebut sejak awal tahun, tetapi pekerja bantuan mengatakan, jumlah yang belum terdaftar dalam sistem PBB mencapai lima kali lipat dari jumlah itu. (T/R6/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)