Ghouta, MINA – Hari Ahad (21/8) menandai sembilan tahun pembantaian Ghouta, di mana pasukan pemerintah Suriah diduga menggunakan gas Sarin di pinggiran kota Damaskus, menewaskan lebih dari 1.000 warga sipil dalam insiden kimia besar pertama dalam perang saudara Suriah.
Pada dini hari tanggal 21 Agustus 2013, setidaknya 12 roket yang membawa gas mematikan, yang ditembakkan oleh tentara Presiden Bashar Al-Assad mulai mendarat di kota sipil Ghouta yang berpenduduk padat.
Sekitar 1.500 orang kehilangan nyawa mereka – banyak dari mereka adalah anak-anak, yang tercekik oleh asap beracun yang menyebar tanpa suara ke seluruh kota.
Hari ini, Ghouta berada di tangan pemerintah Suriah, The New Arab melaporkan, Ahad (21/8).
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Ketika warga Suriah menandai peringatan sembilan tahun pembantaian itu, banyak negara Arab semakin memperjelas bahwa mereka bermaksud untuk menormalkan hubungan dengan pemerintahan Assad.
Ketua Koalisi Oposisi Suriah Salem al-Maslat mengatakan, “masyarakat internasional belum mencapai akuntabilitas nyata, meskipun penyelidikan internasional membuktikan tanggung jawab rezim Assad atas serangan kimia.”
“Napas terakhir anak-anak jatuh di telinga para pembuat keputusan dunia ini, yang telah membiarkan rezim kriminal ini melanjutkan kekuasaannya atas Suriah,” kata al-Maslat. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)