Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warisan Intelektual dan Budaya Aceh Dipamerkan di Malaysia

sri astuti - 36 menit yang lalu

36 menit yang lalu

6 Views

Kolektor manuskrip Aceh, Tarmizi A. Hamid. (Foto: MINA)

Kuala Lumpur, MINA – Warisan intelektual dan budaya Aceh kembali dipamerkan di negeri Jiran Malaysia selama dua bulan ke depan. Pada pameran bertajuk “Kejayaan Peradaban Islam Dunia Melayu dan Dunia Islam” sejumlah naskah kuno, manuskrip dari Aceh diperlihatkan ke publik.

Pameran yang diselenggarakan Islamic Arts Museum Malaysia (IAMM) sepanjang Mei hingga Juni 2025, sejumlah manuskrip asli peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam tampil pada galeri utama.

Kolektor manuskrip Aceh, Tarmizi A. Hamid, kepada Kantor Berita MINA, Jumat (09/5) mengatakan, bangga atas kehadiran nama Aceh dalam pameran bergengsi tersebut.

“Begitu masuk pintu galeri manuskrip, dengan mudah kita temukan nama Aceh terpampang jelas, beserta manuskrip-manuskrip asli yang mencerminkan kehebatan peradaban indatu kita,” ujar Tarmizi, yang turut didampingi Tgk. Fathurrahman dan Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, Hasan Basri M.Nur, PhD.

Baca Juga: Prediksi Cuaca Jabodetabek Dominan Berawan Jumat Ini

Menurut Tarmizi A Hamid yang akrab disapa Cek Midi, salah satu koleksi utama yang dipamerkan adalah Tajus Salatin, sebuah kitab klasik asal Aceh yang dikenal luas sebagai ensiklopedia tata negara dalam tradisi Islam-Melayu.

“Kitab ini menggambarkan kedalaman pemikiran politik, etika kepemimpinan, dan struktur sosial dalam sistem pemerintahan Islam di masa kejayaan Aceh,” katanya.

Selain manuskrip, pameran ini juga menampilkan puluhan mushaf Al-Qur’an kuno yang berasal dari Aceh, yang memperlihatkan corak iluminasi khas: dominasi warna emas, biru tua, dan merah marun, dengan ragam hias flora simetris nan anggun.

Gaya ini telah lama dikenal dalam dunia filologi sebagai identitas kuat mushaf-mushaf Nusantara dari Aceh, yang menandakan adanya pusat penyalinan Al-Qur’an yang sangat maju di masa lampau.

Baca Juga: Jumat, Kualitas Udara Kategori Sedang, DLH Jakarta Beri Imbauan

“Keindahan dan kekayaan intelektual yang terpancar dari mushaf-mushaf ini diakui oleh ilmuwan filologi dunia. Ini adalah bukti bahwa Aceh pernah menjadi mercusuar ilmu dan seni Islam di Asia Tenggara,” tambah Tarmizi.

Dalam kunjungannya ke Malaysia dan Thailand, Tarmizi juga merencanakan kerja sama dengan para pengelola museum Islam di kedua negara untuk menjalin sinergi dengan Museum Manuskrip Aceh atau Rumoh Manuskrip Aceh yang ia kelola di Banda Aceh.

Ia juga mengajak Pemerintah Aceh, khususnya di bawah kepemimpinan Muzakir Manaf – Fadhlullah, untuk mendukung inisiatif pelestarian warisan ini melalui pendidikan. “Sudah waktunya sejarah kejayaan Aceh dimasukkan kembali sebagai materi pelajaran resmi di SD, SMP, SMA, hingga kampus,” seru Tarmizi.

Di tengah derasnya arus globalisasi, kemegahan warisan Aceh yang kini dikagumi dunia menjadi penanda bahwa jati diri budaya dan intelektual kita masih hidup menunggu untuk dibangkitkan kembali oleh generasi penerus.[]

Baca Juga: [Bedah Berita MINA]: Krisis Kelaparan di Gaza, Bagaimana Respons Dunia?

Rekomendasi untuk Anda