Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

WARTAWAN LIBYA HADAPI ANCAMAN SERIUS

Rudi Hendrik - Selasa, 10 Februari 2015 - 23:38 WIB

Selasa, 10 Februari 2015 - 23:38 WIB

383 Views

Watchdog group HRW slammed Libya's government for threatening the lives of journalists. (AFP/File)
Watchdog group HRW slammed <a href=

Libya's government for threatening the lives of journalists. (AFP/File)" width="300" height="198" /> Watchdog group HRW slammed Libya’s government for threatening the lives of journalists. (AFP/File)

Tunis, 20 Rabi’ul Akhir 1436/10 Februari 2015 (MINA) – Pasca revolusi Libya 2011, para wartawan di negeri itu menghadapi serangan, penculikan dan pembunuhan ditengah situasi krisis berkepanjangan.

Lembaga pengawas HAM yang berbasis di New York, Human Rights Watch (HRW), Senin (9/2), merilis sebuah laporan 54 halaman di Tunisia, menyatakan wartawan  Libya mendapat serangan oleh pihak-pihak yang tidak bisa dituntut secara hukum.

“Sebanyak 250 wartawan terancam dibunuh dengan bermotif politik pada 2014,” kata HRW dalam laporan berjudul “Perang media, wartawan Libya diserang,” Albawaba News melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Laporan ini juga mendokumentasikan setidaknya 91 kasus ancaman dan serangan terhadap wartawan dari pertengahan 2012, termasuk 30 penculikan dan delapan pembunuhan.

HRW juga melaporkan ada 26 serangan bersenjata terhadap markas media dalam periode yang sama.

Baca Juga: Media Asing: Militan Sudan Membantai Warga Desa, 200 Lebih Tewas

Bukti menunjukkan, kelompok bersenjata berusaha menghukum wartawan terkait pemberitaan atau keberpihakan mereka.

HRW menyalahkan pemerintah karena gagal melindungi wartawan. “Pihak berwenang gagal, mereka bertanggung jawab atas serangan terhadap wartawan dan media sejak 2012,” kata HRW.

Situasi yang memburuk tahun lalu memicu eksodus wartawan, sementara mereka yang memilih tinggal harus menyelamatkan diri mereka sendiri.

“Banyak wartawan tidak mau melaporkan (serangan yang mereka alami) ke polisi karena mereka tidak berpikir polisi atau lembaga peradilan dapat membantu mereka,” tegas HRW.

Baca Juga: PBB Tuduh Paramiliter Sudan Halangi Bantuan untuk Darfur

HRW mengutip beberapa contoh media yang menjadi sasaran seperti pembunuhan terhadap Miftah Bouzeid tahun lalu di Benghazi, yang disebut “kritikus terkemuka” terhadap kelompok pejuang berbasis Islam, selain pembunuhan terhadap penyiar radio Al-Mutassim Al-Warfalli . (T/P001/R03)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: MSF: Separuh Penduduk Sudan Hadapi Kekurangan Pangan  

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Eropa
Internasional
Afrika
Indonesia