Oleh : Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional, Redaktur Senior MINA
Allah berfirman di dalam ayat :
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Artinya : “Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (QS Al-Baqarah [2]: 133).
Di dalam Tafsir Kementerian Agama RI dijelaskan, ayat ini diarahkan kepada orang-orang Yahudi, ketika mereka bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Tidakkah engkau mengetahui bahwa Nabi Ya’qub di hari-hari menghadapi kematiannya mewasiatkan kepada putra-putranya agar memeluk agama Yahudi?” Maka turunlah ayat ini, membantah ucapan mereka itu.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Ayat ini menentang ucapan orang-orang Yahudi, dan sekaligus mempertanyakan, apakah orang-orang Yahudi hadir ketika Nabi Ya’qub berwasiat? Sehingga mereka mengatakan Nabi Ya’qub beragama Yahudi?
Mereka jelas tidak menghadirinya, karena waktu Nabi Ya’qub masih hidup, dan anak-anaknya yang berjumlah 12 anak, beserta cucu-cucunya, semuanya sebagai Muslim, bukan Yahudi. Maka, ucapan itu hanyalah mengada-ada, mengatakan sesuatu yang tidak ada.
Mereka mengatakan sama ketika mereka menyebut Nabi Ibrahim beragama Yahudi atau Nasrani.
Padahal apa yang diwasiatkan Nabi Ya’qub kepada putra-putranya adalah agar mereka menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, agar mereka menganut agama Islam, agama yang dianut Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, dan Nabi Ya’qub, dan yang dianut para Nabi utusan Allah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Nabi Ya’qub sebagian riwayat tarikh (sejarah) menyebutkan, nama lainnya adalah Israil. Sehingga anak-anak keturunan Nabi Ya’qub atau Bani Yaqub, disebut juga dengan Bani Israil.
Adapun tentang Islam sebagai agama Nabi Ibrahim, Allah tegaskan di dalam ayat :
مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Artinya : “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan dia adalah seorang yang hanif lagi berserah diri (Muslim). Dia bukan pula termasuk (golongan) orang-orang musyrik.” (QS Ali Imran [3]: 67).
Pada ayat ini Allah membantah anggapan orang-orang Yahudi, dan sekaligus menjelaskan sosok Nabi Ibrahim sebenarnya. Nabi Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani. Akan tetapi dia adalah seorang yang lurus, yaitu jauh dari syirik atau mempersekutukan Allah dan jauh dari kesesatan.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Nabi Ibrahim sekaligus seorang Muslim yaitu seorang yang berserah diri kepada Allah.
Nabi Ibrahim juga bukanlah termasuk orang-orang musyrik, sebagaimana orang-orang Yahudi yang meyakini Uzair anak Tuhan, dan sebagaimana orang-orang Nasrani menyebut Nabi Isa sebagai anak Tuhan.
Wasiat Nabi Ibrahim demikian juga wasiat Nabi Ya’qub sama, yaitu agar anak-anak keturunannya hanya menyembah Allah, bertindak sebagai seotang Muslim.
Sebagaimana firman-Nya :
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۗ
Artinya : “Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya‘qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS Al-Baqarah [2] : 132).
Begitulah, salah satu faktor yang membuat kedudukan Nabi Ibrahim tinggi di dunia dan di akhirat adalah Islam, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
Nabi Ibrahim pun mewasiatkan ajaran penyerahan diri itu kepada anak-anaknya, yang juga menjadi Nabi yaitu Nabi Ismail dan Nabi Ishaq.
Demikian pula Nabi Ya’qub, putranya Nabi Ishaq, ia berwasiat kepada anak-anaknya, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama penyerahan diri ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim yang berserah diri.”
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Allah pada ayat lain menegaskan bahwa agama yang haq, benar dan diterima di sisi-Nya tiada lain adalah agama Islam. Jadi, mustahil kalau agama yang dibawa dan diajarkan oleh para Nabi Allah itu selain Islam.
Dalam hal ini Allah menegaskan :
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
Artinya : “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS Ali Imran [3]: 19).
Sedangkan agama selain Islam tidak akan diterima Allah, seperti firman-Nya:
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
Artinya : “Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (QS Ali Imran [3]: 85).
Karena itu marilah senantiasa kita jaga dan kita pertahankan agama Islam ini sebagai nilai tertinggi kehidupan di dunia dan akhirat, melanjutkan wasiat para Nabi dan Rasul utusan Allah. Aamiin. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh