Musim penghujan di Indonesia kerap membawa dampak yang mengkhawatirkan, salah satunya adalah meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Penyakit ini menjadi ancaman serius, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Lingkungan yang basah dan banyaknya genangan air saat musim hujan menciptakan tempat ideal bagi nyamuk pembawa virus dengue, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus, untuk berkembang biak. Akibatnya, risiko penularan DBD meningkat drastis.
Beberapa ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti yaitu, ukuran dan warna tubuh nyamuk Aedes aegypti mudah dikenali dari warna dan bentuknya. Keistimewaan nyamuk ini adalah ukurannya yang kecil dan mempunyai tubuh berwarna hitam dengan garis-garis putih di sekujur tubuhnya. Nyamuk ini mampu terbang sejauh 400 meter, sehingga penyebaran virus demam berdarah bisa terjadi jauh dari tempat sarang nyamuk.
Nyamuk Aedes aegypti lebih suka bersarang dan bertelur di tempat lembab, seperti genangan air jernih. Di dalam rumah, nyamuk ini sering ditemukan berkembang biak di tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi, vas bunga, talang air, atau tempat minum hewan peliharaan. Nyamuk juga bisa bersembunyi di sudut rumah yang minim cahaya, seperti di bawah tempat tidur atau di belakang lemari. Di luar rumah, nyamuk ini bersarang dan berkembang biak di lubang pohon yang tergenang air.
Baca Juga: Peran Hijamah dalam Mengatasi Penyakit, Harmoni Thibbun Nabawi dan Sains Modern
Ciri lain dari nyamuk Aedes aegypti adalah waktu gigitannya. Nyamuk ini dapat menggigit manusia kapan saja, namun biasanya lebih aktif pada malam hari. Jadi, Anda tetap perlu mewaspadai gigitan nyamuk Aedes aegypti sepanjang hari.
Gejala DBD
DBD biasanya diawali dengan gejala yang muncul tiba-tiba. Demam tinggi hingga 40°C menjadi salah satu tanda utamanya, disertai sakit kepala hebat, nyeri pada otot dan sendi, mual, muntah, serta munculnya ruam merah di kulit. Dalam beberapa kasus, DBD dapat berkembang menjadi lebih serius dengan gejala seperti pendarahan hebat atau syok yang dapat membahayakan nyawa jika tidak segera ditangani.
Ada tiga fase penting yang biasanya dialami oleh pasien DBD:
1. Fase Demam (Hari 1-3): Pasien mengalami demam tinggi, sering disertai rasa lemas dan nyeri pada tubuh.
2. Fase Kritis (Hari 4-5): Suhu tubuh biasanya menurun, tetapi justru fase ini sangat berbahaya karena dapat terjadi komplikasi seperti pendarahan.
3. Fase Pemulihan (Hari 6-7): Jika melewati fase kritis, pasien mulai pulih, trombosit kembali normal, dan kondisi tubuh membaik.
Baca Juga: Khasiat Siwak: Bukti Ilmiah dan Sunnah Nabi untuk Kesehatan Gigi
Penanganan yang cepat sangat penting, terutama pada fase kritis. Oleh karena itu, jika ada gejala DBD, segera periksakan ke dokter.
Mengapa Kasus DBD Meningkat di Musim Hujan?
Curah hujan yang tinggi menciptakan banyak genangan air, baik di pot bunga, kaleng bekas, atau bahkan tutup botol yang tidak terpakai. Genangan air inilah yang menjadi tempat nyamuk Aedes aegypti bertelur. Nyamuk ini sangat adaptif dan mampu bertelur di tempat-tempat kecil yang sering tidak disadari oleh manusia. Bahkan, air yang sedikit saja sudah cukup untuk mendukung siklus hidup mereka.
Suhu yang hangat dan kelembapan tinggi selama musim hujan juga menjadi faktor pendukung utama. Dalam kondisi ini, siklus hidup nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa dapat berlangsung lebih cepat, yakni hanya dalam waktu 7-10 hari. Menurut penelitian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kondisi ini sangat ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak dengan cepat, meningkatkan risiko penyebaran penyakit dalam waktu singkat
Baca Juga: Cara Efektif Mengelola Stres agar Tetap Produktif
Selain itu, kebiasaan masyarakat yang sering lalai dalam menjaga kebersihan lingkungan turut berkontribusi. Barang-barang bekas yang dibiarkan menumpuk tanpa pengelolaan menjadi tempat ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak. Ditambah lagi, drainase yang buruk dan tergenangnya air di jalan-jalan atau halaman rumah semakin memperparah situasi.
Pencegahan DBD dengan 3M Plus
Karena belum ada obat khusus untuk membunuh virus dengue, langkah pencegahan menjadi sangat penting. Salah satu cara efektif adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus:
1. Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air seperti bak mandi, gentong dan lain-lain.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
3. Mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk seperti botol bekas, ban bekas dan lain-lain.
Tambahan langkah lainnya dengan memantau wadah air yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, mengganti air vas bunga seminggu sekali, mengeringkan air di alas pot bunga, dan memperbaiki saluran air.
Baca Juga: Rahasia Manfaat Buah Pepaya untuk Hidup Sehat dan Bugar
Dampak DBD di Indonesia
Menurut laporan Dinas Kesehatan hingga minggu ke-43 tahun 2024, terdapat 210.644 kasus DBD di Indonesia dengan 1.239 kematian. Kasus-kasus ini tersebar di 259 kabupaten/kota dari 32 provinsi. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman DBD, terutama saat musim hujan.
Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri untuk mengatasi DBD. Dibutuhkan peran aktif masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan bebas dari sarang nyamuk. Kampanye kesadaran melalui media massa dan edukasi di tingkat komunitas harus terus digencarkan.
Kesadaran individu sangat penting dalam mencegah DBD. Dengan menjaga kebersihan lingkungan dan bekerja sama dengan pemerintah, kita dapat menekan angka kasus DBD, meskipun di tengah musim penghujan.
Baca Juga: Manfaat Ilmiah Madu dalam Thibbun Nabawi untuk Kesehatan Modern
Mi’raj News Agency (MINA)