Oleh Prof Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional.
BEBERAPA jam yang lalu terjadi pertemuan dan pembicaraan penting Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Perdana Menteri Penjajah Israel Benjamin Netanyahu. Kedatangan Netanyahu disambut dengan demo di depan White House, bahkan antara lain para demonstran menuntut agar Netanyahu ditangkap.
Dalam pertemuan itu Trump kembali menegaskan perlunya relokasi warga Gaza secara permanen di wilayah lain agar tidak lagi terbunuh dan dihancurkan. Bahkan Trump sudah meminta Yordania, Mesir dan negara-negara Arab lain untuk menerima warga Palestina dari Gaza.
Trump, dalam pernyataannya sempat mengatakan “bukan tidak mungkin AS mengirimkan pasukan ke Gaza.” Dia juga mencoba meyakinkan banyak pihak untuk menerima ide AS mengambil alih Gaza kemudian membangun dan menciptakan ribuan pekerjaan. Benjamin Netanyahu tentu menyambut baik ide Trump itu karena dia melihat peluang Israel untuk menguasai Palestina terbuka kembali.
Baca Juga: Akhlak Mulia, Dakwah Memesona: Kunci Keberhasilan Seorang Da’i
Ini adalah rencana jahat yang harus ditolak oleh kita semua. Menurut saya, kepemimpinan Amerika dan Israel benar-benar tidak sincere (jujur) terkait dengan gencatan senjata yang sudah disepakati.
Mereka masih terus membuat rencana dan langkah-langkah yang meyakinkan agar Gaza dan Palestina secara keseluruhan tetap di bawah kontrol Israel dan Amerika. Ide relokasi Trump beberapa hari yang lalu telah diperkuat dengan pertemuan Trump-Netanyahu beberapa jam yang lalu.
Karena itu, kewaspadaan dan pengawasan haruslah dilakukan secara lebih terukur agar semua upaya yang merusak dan menghancurkan cita-cita kemerdekaan Palestina bisa dihentikan.
Gencatan senjata bertahap ini adalah jalan untuk kemerdekaan Palestina dan perginya/keluarnya tentara pendudukan Israel dari seluruh wilayah Palestina. Karena itu, proses ini harus dijaga sepenuhnya jangan sampai dirusak oleh rencana jahat Amerika-Israel.
Baca Juga: Cara Islam Memperlakukan Tawanan dan Sandera
Negara-negara OKI kembali dituntut untuk bersepakat melakukan langkah konstruktif menghadapi konspirasi jahat Amerika-Israel, menghentikan keinginan Amerika untuk taking over, owning, menguasai dan mengontrol Gaza.
Ini kesempatan bagi negara-negara OKI dan bahkan Masyarakat untuk membantu dan membangun Gaza/Palestina baru yang bebas dari segala bentuk penjajahan. Dukungan dan bantuan yang jernih dan tulus hendaknya bisa dilakukan oleh semua pihak yang selama ini membela Palestina.
Jangan berharap terhadap bantuan dan dukungan Amerika Serikat untuk rekonstruksi Gaza-Palestina karena di balik itu ada motif busuk.
Penulis juga mendorong pemerintah RI untuk terus mengambil prakarsa melakukan dialog dan konsolidasi dengan negara-negara yang selama ini telah memberikan pembelaan kepada Palestina.
Baca Juga: Hak dan Kewajiban Suami dalam Islam: Memahami Peran yang Ditetapkan Allah
Ada lebih 2/3 negara anggota PBB yang telah memberikan dukungan kepada Palestina. Pertemuan-pertemuan bilateral dan multilateral untuk mengawal gencatan senjata ini sungguh sangat penting antara lain untuk melawan ide relokasi Trump.
Kepada masyarakat dan khususnya umat Islam, lembaga-lembaga filantropi dan lembaga/komunitas pembela Palestina agar semakin memperkuat konsolidasi dan kebersamaan untuk terus membantu dan mengawal kemerdekaan Palestina.
Jangan biarkan Amerika Serika mengambil alih dan mengontrol Gaza-Palestina. Persatuan di kalangan kita juga sangat penting, konsolidasi komunikasi pemerintah-masyarakat perlu penguatan. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Gencatan Senjata Palestina-Israel dalam Tinjauan Geopolitik dan Ekonomi Dunia
Baca Juga: Hijab Simbol Kemerdekaan Muslimah