dusta-300x276.jpg" alt="" width="300" height="276" />Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Tak sedikit orang yang terperosok dalam dosa hanya karena lidahnya yang latah. Padahal, seorang muslim yang beriman pada hari akhir salah satu cirinya adalah pandai menjaga lisan. Karena tak jarang dari lisan itu banyak kedustaan terucap. Sementara itu, dusta adalah salah satu bentuk dosa besar yang dianggap biasa oleh kebanyakan manusia.
Apakah kita tahu, bahwa siapa saja yang bisa menjaga lidahnya dengan baik, artinya tidak berdusta dan sederet penyakit lisan lainnya, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjamin untuknya Surga di akhirat kelak.
Perhatikan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut ini,
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya.” (HR. Al-Bukhâri, no. 6474; Tirmidzi, no. 2408).
Untuk lebih menambah keyakinan kita akan janji Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di atas, maka Beliau juga menyampaikan bahwa menjaga lidah adalah kunci keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, dia berkata, “Aku bertanya, wahai Rasûlullâh, apakah sebab keselamatan?” Beliau menjawab: “Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu.” (HR. Tirmidzi, no.2406).
Sejatinya, bagi orang beriman dan berakal sehat, maka dua hadis di atas cukup menjadi cambuk dan pengingat agar senantiasa berhati-hati menjaga lisannya. Sebab, salah bicara maka semua akan dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah Ta’ala.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Bahaya Dusta
Dusta termasuk kedalam kelompok dosa besar, al-Imam adz-Dzahabi menyebutkan di dalam kitab beliau, al-Kabâir, dosa besar ke-30 adalah “Sering Berdusta”.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan dosa berdusta mengiringi dosa syirik dan durhaka kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa berdusta termasuk dosa-dosa besar yang paling besar.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ z قَالَ قَالَ النَّبِيُّ n أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya radhiyallahu anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Perhatikanlah (wahai para Sahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakannya tiga kali. Kemudian para Sahabat mengatakan, “Tentu wahai Rasulullah.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” Sebelumnya Nabi bersandar, lalu Bliau duduk dan bersabda, “Perhatikanlah! dan perkataan palsu (perkataan dusta).” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selalu mengulanginya sampai kami berkata, “Seandainya Beliau berhenti.” (HR. Al-Bukhari, no. 2654, 5976, dan Muslim, no. 143/87).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Berikuti ini adalah beberapa bahaya bagi orang yang suka berdusta. Pertama, ia akan terhalang dari hidayah. Allah Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ
“Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (Qs. Al-Mukmin/Ghafir/40: 28).
Nauzubillah, siapakah orang yang tersesat di muka bumi ini selain orang yang tidak bisa mendapatkan hidayah Allah? Tentu saja sebagai orang yang beriman, kita harus selalu mewaspadai atas tipu daya lidah kita yang seringkali latah berbuat dusta hanya untuk membuat orang lain senang.
Kedua, ia akan celaka. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ ﴿١٠﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي غَمْرَةٍ سَاهُونَ
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai.” (Qs. Adz-Dzariyat/51: 10-11).
Tak ada kefakiran (kemiskinan) di dunia ini dalam hidup seseorang kecuali orang yang miskin dalam kebodohan dan lalai. Orang yang berdusta sejatinya adalah orang-orang yang tenggelam dalam kebodohan dan kelalaian panjang. Maka, beristighfarlah wahai diri.
Dalam sebuah hadis, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan keutamaan jujur dan bahaya dusta,
عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Dari ‘Abdullah, dia berkata, Rasulallah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Kalian wajib jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Jika seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allâh sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Jika seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim, no. 105/2607).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ketiga, dusta adalah sifat munafik. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Tanda orang munafik ada tiga: Jika dia bercerita, dia berdusta; jika dia berjanji, dia menyelisihi; dan jika dia diberi amanah, dia berkhianat.” (HR. Al-Bukhâri, no. 33, 2682, 2749, 6095; Muslim, no. 107/59, 108/59).
Keempat, diancam di akhirat. Suatu hari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengisahkan kepada para Sahabat tentang mimpi yang dialaminya, dan mimpi Nabi adalah benar adanya (hak). Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam didatangi oleh dua orang laki-laki yang membawanya melihat berbagai siksaan yang dialami orang-orang yang berbuat dosa. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
قَالاَ لِي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ ” قَالَ: ” فَانْطَلَقْنَا، فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُسْتَلْقٍ لِقَفَاهُ، وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيْهِ بِكَلُّوبٍ مِنْ حَدِيدٍ، وَإِذَا هُوَ يَأْتِي أَحَدَ شِقَّيْ وَجْهِهِ فَيُشَرْشِرُ شِدْقَهُ إِلَى قَفَاهُ، وَمَنْخِرَهُ إِلَى قَفَاهُ، وَعَيْنَهُ إِلَى قَفَاهُ
“Kedua laki-laki itu berkata, “Ayo berangkat, ayo berangkat!” Kemudian kami berangkat, lalu kami mendatangi seorang laki-laki yang berbaring terlentang. Dan ada laki-laki lain yang sedang berdiri di dekatnya membawa gancu besi. Lalu laki-laki itu mendatangi satu sisi wajahnya lalu merobek ujung mulutnya sampai ke tengkuknya, dan merobek hidungnya sampai ke tengkuknya, dan merobek matanya sampai ke tengkuknya.”
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Kemudian dua orang laki-laki itu menjelaskan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang orang yang mendapatkan siksaan di atas tadi,
وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيْتَ عَلَيْهِ، يُشَرْشَرُ شِدْقُهُ إِلَى قَفَاهُ، وَمَنْخِرُهُ إِلَى قَفَاهُ، وَعَيْنُهُ إِلَى قَفَاهُ، فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَغْدُو مِنْ بَيْتِهِ، فَيَكْذِبُ الكَذْبَةَ تَبْلُغُ الآفَاقَ
“Adapun laki-laki yang engkau datangi, ujung mulutnya disobek sampai ke tengkuknya, dan hidungnya dirobek sampai ke tengkuknya, dan matanya dirobek sampai ke tengkuknya, dia adalah orang yang keluar dari rumahnya, lalu dia berdusta dengan kedustaan yang mencapai segala penjuru.” (HR. Bukhari, no. 7047).
Sekali lagi, bagi orang beriman yang mempunyai akal sehat, sejatinya nasihat-nasihat dari ayat dan hadis di atas bisa menjadi pengingat sekaligus motivasi agar benar-benar menjaga lisan untuk tidak berdusta. Dusta, adalah bagian dari dosa-dosa besar yang tidak semua orang mengetahuinya. Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga lisan kita dari berbuat dusta, wallahua’lam. (A/RS3/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang