Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Nur Hadis Editor : Ali Farkhan Tsani - 4 menit yang lalu

4 menit yang lalu

4 Views

Lampung Selatan, MINA – Tim Wartawan Kantor Berita MINA Biro Sumatera berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Syeikh Prof. Dr. Abd Al-Fattah El-Awaisi, seorang pakar terkemuka dalam bidang pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Baitul Maqdis.

Prof El-Awaisi adalah Guru Besar Geopolitik Internasional dan Ilmu Baitul Maqdis asal Palestina dan Guru Besar Social Science University of Ankara, yang juga anggota Royal Historical Society Inggris.

Dia lahir di Baitul Maqdis, 62 tahun silam, Syaikh El-Awaisi adalah sosok yang telah membidani lahirnya program magister dan doktoral bidang studi Baitul Maqdis di beberapa perguruan tinggi di Inggris, Turki, Malaysia, dan Indonesia.

Kerja besar itu dimulai tahun 1986, saat dia pulang ke Baitul Maqdis usai memperoleh gelar doktor di Universitas Exeter Inggris. Dia melahirkan dua teori yang cukup terkenal yaitu Teori Lingkaran Barakah Baitul Maqdis dan Teori Aman (Koeksistensi damai dan saling menghormati).

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Di beberapa perguruan tinggi, Prof El-Awaisi banyak mengajarkan mata kuliah Studi Palestina, misalnya di Universitas Hebron dan Universitas al-Quds. Salah satu yang mengesankan dirinya adalah ketika mengampu mata ajar “Baitul Maqdis Sepanjang Sejarah” kepada para mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Al-Quds.

Wawancara ini dilakukan di Masjid An-Nubuwwah, Kompleks Pesantren Al-Fatah Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan, Jum’at (22/11), dalam rangka mendalami pemikiran beliau mengenai peran penting ilmu pengetahuan dalam perjuangan umat Islam untuk membebaskan Masjid Al-Aqsa dan wilayah Palestina yang terjajah.

Dalam wawancara ini, Syaikh El-Awaisi yang sedang menjadi pemateri pada Daurah Akbar Internasional Baitul Maqdis yang digelar Aqsa Working Group (AWG) mengungkapkan bahwa perjuangan untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa bukan hanya berkaitan dengan aspek militer dan politik, tetapi juga dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang mendalam.

Beliau menekankan bahwa segala bentuk  persiapan baik dari sisi politik, militer, maupun spiritual harus berakar pada pengetahuan yang kuat.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Berikut kutipan wawancaranya:

MINA: Mengapa kita harus punya ilmu untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa?

Syaikh El-Awaisi: Saya memulai pembicaraan ini dengan sebuah penjelasan sederhana, namun mendalam, tentang mengapa ilmu menjadi aspek yang paling fundamental dalam perjuangan ini.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sejarahnya tidak membebaskan Baitul Maqdis dan Masjid Al-Aqsa dengan kekuatan militer atau politik pertama kali. Beliau membebaskan Masjid Al-Aqsa melalui ilmu. Segala tindakan Rasulullah dimulai dengan penyebaran pengetahuan, mengajarkan umat Islam untuk memahami hakikat aqidah dan prinsip perjuangan yang benar. Jadi, jika kita ingin mengikuti jejak beliau dalam membebaskan Masjid Al-Aqsa, kita harus memulai dengan ilmu, karena itu adalah pondasi dari segala perjuangan.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyiapkan umatnya dengan ilmu selama 23 tahun, dari dakwah pertama beliau hingga wafatnya. Baru pada tahun ke-6 Hijriah, persiapan politik dan militer dimulai dengan dibarengi persiapan ilmu. Ini menunjukkan bahwa jika umat Islam ingin membebaskan Masjid Al-Aqsa, kita harus mengikuti peta jalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang telah mengutamakan ilmu terlebih dahulu. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa merencanakan strategi perjuangan dengan baik.

MINA: Seberapa kuat pengaruh literasi dan ilmu pengetahuan untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa

Syaikh El-Awaisi: Saya juga menekankan pentingnya literasi dan pendidikan dalam pembebasan Masjid Al-Aqsa. Saya sering berkata, jika kita membayangkan sebuah segitiga, maka ilmu adalah landasan atau pondasi untuk pembebasan ini. Pendidikan adalah bagian dari persiapan pengetahuan yang kokoh. Tanpa ilmu, kita tidak akan memiliki strategi politik atau persiapan militer yang efektif. Jadi, untuk mencapai pembebasan ini, kita harus memulai dengan pendidikan yang solid.

Saya teringat ketika saya masih muda, sekitar 12 atau 13 tahun, ayah saya yang tidak bisa membaca atau menulis, mengajarkan saya sebuah pelajaran hidup yang berharga. Dia berkata kepada saya, “Abdul Fattah, kita telah kehilangan tanah kita, rumah kita, dan Masjid Al-Aqsa. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kembali semua itu adalah dengan pendidikan.”

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Pada saat itu, saya baru menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk mempersiapkan diri kita dalam perjuangan untuk kemerdekaan.

MINA: Manakah yang lebih didahulukan untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa: keilmuan, akidah, atau kekuatan fisik?

Syaikh El-Awaisi: Ketika saya diminta untuk menjawab pertanyaan mengenai mana yang lebih didahulukan keilmuan, akidah, atau kekuatan fisik saya merujuk pada ajaran Al-Quran yang dengan jelas menekankan pentingnya ilmu terlebih dahulu. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan kita untuk memiliki ilmu sebelum iman dan kekuatan fisik.

Dalam banyak ayat Al-Qur’an, kita dapat melihat bahwa iman datang setelah ilmu. Ilmu adalah pondasi dari iman, dan iman adalah landasan dari perjuangan kita. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa beriman dengan benar, apalagi untuk berjuang. Ilmu adalah yang pertama kali perlu kita persiapkan untuk membebaskan Masjid Al-Aqsa.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Masjid Al-Aqsa, bagi saya, adalah bagian integral dari akidah Islam. Ini bukan hanya masalah politik atau nasionalisme, tapi soal akidah. Sejarah Islam sangat erat kaitannya dengan Masjid Al-Aqsa. Ini adalah kiblat pertama umat Islam, tempat bersejarah bagi Isra’ dan Mi’raj Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, serta merupakan bagian dari tanah yang diberkahi.

Perjuangan untuk Masjid Al-Aqsa adalah perjuangan untuk mempertahankan akidah kita. Semangat perjuangan ini harus dibangun berdasarkan pemahaman yang benar tentang akidah dan sejarah Islam. Saya datang ke Indonesia bukan hanya karena saya seorang Palestina, tetapi karena saya seorang Muslim. Ini adalah perjuangan akidah, bukan sekadar perjuangan nasionalis. Jadi, kita tidak bisa memisahkan perjuangan untuk Masjid Al-Aqsa dari perjuangan untuk Islam.

MINA: Apakah Muslim Indonesia memiliki peluang yang sama seperti pejuang di Palestina untuk ikut serta dalam pembebasan Masjid Al-Aqsa?

Syeikh El-Awaisi: Ketika saya berbicara dengan pemuda Indonesia, saya akan mengatakan bahwa muslim Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk berkontribusi dalam perjuangan ini, meskipun tidak berada langsung di Palestina. Muslim Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari pembebasan Masjid Al-Aqsa.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Namun, dibutuhkan pengetahuan yang cukup. Jihad, menurut Ibnu Qayyim, memiliki empat tingkatan, dan tingkatan terakhirnya adalah berperang. Tapi kita tidak bisa berperang jika kita tidak memiliki cukup pengetahuan tentang Masjid Al-Aqsa, Baitul Maqdis, dan mengapa perjuangan ini begitu penting. Yang dibutuhkan dari pemuda Muslim Indonesia adalah pengetahuan yang cukup, pengetahuan yang mendalam tentang Baitul Maqdis dan Masjid Al-Aqsa. Ini bukan soal berperang dengan senjata, tetapi berperang dengan pengetahuan, dengan ilmu, dengan dakwah yang dapat membangkitkan semangat dan kesadaran akan pentingnya Masjid Al-Aqsa.

MINA: Berikan Pesan untuk Pemuda Muslim Indonesia terkait langkah-langkah pembebasan Masjid Al-Aqsa

Syeikh El-Awaisi: Pesan saya untuk pemuda Muslim Indonesia sangat sederhana namun penuh makna: Jadilah bagian dari persiapan ilmu untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa. Ini adalah tugas kalian, amanah kalian. Pendidikan adalah langkah pertama yang harus kita ambil.

Saya sangat percaya Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin persiapan pengetahuan dalam perjuangan ini. Tanpa pengetahuan, kita tidak akan bisa bergerak maju. Mari bersama-sama kita tingkatkan ilmu pengetahuan di Indonesia, karena hanya dengan ilmu kita dapat melangkah menuju pembebasan Masjid Al-Aqsa yang kita cita-citakan.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Melalui wawancara ini, Syeikh Abd Al-Fattah Al-Ewaisi mengingatkan kita bahwa pembebasan Masjid Al-Aqsa bukan hanya bergantung pada kekuatan fisik atau dukungan politik, tetapi juga sangat tergantung pada kesiapan intelektual umat Islam.

Pendidikan yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan akidah Islam adalah kunci utama dalam mempersiapkan umat untuk perjuangan yang lebih besar. “Jadilah bagian dari persiapan ilmu ini,” pesan beliau, “karena hanya dengan ilmu kita dapat melangkah menuju pembebasan Masjid Al-Aqsa.”

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Rekomendasi untuk Anda