Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wawasan Ekonomi 2023

Rana Setiawan - Senin, 26 Desember 2022 - 22:45 WIB

Senin, 26 Desember 2022 - 22:45 WIB

13 Views

Oleh: Awalil Rizky, Ekonom Bright Institute

Adanya ancaman terjadinya krisis ekonomi, bukan sekadar resesi ekonomi. Penjelasan atas berbagai aspek dan dinamika ekonomi terkini untuk mendukung opini tersebut diuraikan dalam berbagai bab yang dirangkum dalam tulisan ini.

Laporan ini memang menganalisis berbagai indikator ekonomi, terutama makroekonomi, namun tidak berorientasi pada prakiraan atau proyeksi “as usual”.

Beberapa hal lebih menjadi perhatian, antara lain: pencermatan keterkaitan antar indikator ekonomi, analisis fundamental ekonomi, mendeteksi kompleksitas dinamika ekonomi nasional dan internasional, serta memperhitungkan beberapa risiko besar yang sedang dan akan dihadapi.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Dinamika perekonomian global saat ini beserta faktor ketidakpastiannya yang tinggi secara umum tidak menguntungkan perekonomian Indonesia.

Antara lain: resesi ekonomi beberapa negara, soal harga dan pasokan energi, harga dan pasokan pangan, inflasi tinggi, dan suku bunga yang tinggi. Ditambah dengan kondisi geopolitik yang panas dan berpotensi makin memburuk.

Pada saat bersamaan, fundamental ekonomi Indonesia tidak cukup kuat, bahkan cenderung rapuh.

Pengertian fundamental ekonomi menurut laporan ini adalah hal-hal yang mendasar dalam suatu perkonomian, yang memberi gambaran jawaban atas apa, bagaimana dan untuk siapa barang dan jasa diproduksi.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Pengertian ini mensyaratkan kurun waktu yang digambarkan harus cukup panjang, sekurangnya kondisi selama lima tahun terakhir.

Judul masing-masing bab cukup menggambarkan opini dan aspek penting perekonomian Indonesia menurut laporan ini. Uraiannya terutama berisi asesmen yang menyimpulkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tidaklah kuat, bahkan cenderung rapuh.

Laporan terdiri dari Sembilan bab, selain tinjauan umum pada bab satu dan tinjauan penutup pada bab sebelas. Antara lain sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kurang berkualitas; deindustrialiasasi premature masih berlanjut; kondisi ketenagakerjaan yang masih buruk; ancaman arus modal keluar; inflasi tinggi mulai mengancam; sistem keuangan tidak cukup stabil; kemiskinan dan ketimpangan belum membaik; kondisi fiskal yang rawan; beban utang luar negeri dan utang BUMN.

Secara umum, laporan ini mungkin terkesan sangat kritis dan seolah hanya menyoroti kegagalan otoritas ekonomi, termasuk menilai rapuhnya fundamental ekonomi Indonesia.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Pandangan tersebut berkebalikan dari pandangan otoritas yang mengklaim kuatnya fundamental ekonomi. Otoritas juga berupaya membangun optimisme, namun dinilai menyamarkan cukup banyak kondisi buruk dari perekonomian.

Cara pandang dan apa-apa yang diuraikan dalam laporan mungkin bisa menimbulkan sikap pesimis atas masa depan ekonomi Indonesia. Bukan hal demikian yang diharapkan.

Melainkan, dapat berkembangnya diskusi di ruang publik tentang kondisi dan prospek perekonomian secara lebih berimbang. Penjelasan otoritas ekonomi tidak seharusnya mendominasi wacana, sehingga terkesan bersifat propaganda atau unjuk kemahiran taktis bagian humas.

Otoritas ekonomi Indonesia memang mengatakan ada risiko dan kewaspadaan tetap dijaga saat ini dan pada tahun 2023. Akan tetapi dari berbagai narasi pejabat dan dokumen resmi negara, bagian risiko ini tidak dieksplorasi lebih jauh. Mitigasi risiko tidak dilakukan secara sungguh-sungguh.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Laporan ini merekomendasikan otoritas ekonomi perlu secara serius melakukan mitigasi risiko. Beberapa kebijakan mesti segera diambil agar kondisi buruk tersebut dapat dicegah. Selain itu, langkah persiapan tetap perlu dilakukan, seolah krisis ekonomi akan terjadi.

Perlu diingat bahwa krisis ekonomi umumnya berhubungan sangat erat dengan krisis politik. Krisis politik tidak selalu berarti kejatuhan suatu pemerintahan, namun bisa saja berupa kondisi yang memberi kekuasaan jauh lebih besar kepada Pemerintah untuk mengambil kebijakan yang luar biasa.

Kedua kondisi tersebut bukanlah hal baik bagi masa depan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.(AK/R1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

*Tulisan ini jadi intisari dari laporan dengan judul asli “Insight economic 2023” yang ditulis oleh Awalil Rizky, Ekonom Bright Institute merupakan suatu laporan yang menyampaikan pandangan tentang risiko yang dihadapi perekonomian Indonesia pada tahun 2023.

Laporan ini disampaikan dalam pertemuan hibrida, Senin (26/12/2022) siang, secara luring di The Bridge Function Room Horison Suites and Residence, Rasuna Said Kuningan, Jakarta. Secara daring melalui aplikasi zoom Meeting, dan disarikan dalam tulisan ini.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Palestina
MINA Preneur
Ekonomi