Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Webinar Menjawab Tantangan ‘Sustainability’ pada Industri Kelapa Sawit di Indonesia

Rana Setiawan - Senin, 7 Juni 2021 - 06:00 WIB

Senin, 7 Juni 2021 - 06:00 WIB

3 Views

Frankfurt, MINA – Dalam rangka peringatan hari Lingkungan Hidup sedunia pada tanggal 5 Juni, PETJ (Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju), bekerja sama dengan Earthling Indonesia mengorganisir kegiatan webinar dengan topik “Menjawab Tantangan ‘Sustainability’ pada Industri Kelapa Sawit di Indonesia”.

PETJ merupakan sebuah organisasi masyarakat Indonesia di Eropa. PETJ menjadi platform untuk menampung aspirasi and inspirasi mereka untuk Indonesia lewat departemen-departemen yang dimiliki, agar dapat mencangkup beberapa bidang seperti ekonomi, teknologi, sosial, politk, HAM, lingkungan hidup dan energi baru dan terbarukan.

Earthling Indonesia adalah sebuah organisasi mahasiswa Indonesia di Jerman yang salah satu kegiatannya adalah menjaga dan meningkatkan kesadaran terhadap perubahan iklim dan mempromosikan tindakan-tindakan nyata yang berkelanjutan di Indonesia (sustainable living). Earthling Indonesia saat ini sudah diakui secara resmi oleh UNESCO.

Dalam rilis yang diterima MINA, Ahad (6/6), webinar kali ini diikuti sekitar 90 peserta dari Indonesia, serta diaspora Indonesia di benua Amerika dan benua Eropa.

Baca Juga: Kota Semarang Raih Juara I Anugerah Bangga Berwisata Tingkat Nasional

Webinar menghasilkan kesepakatan untuk terus saling bekerja sama dan bersinergi dalam upaya meningkatkan daya saing industri kelapa sawit Indonesia di pasar internasional.

Saat ini Indonesia masih merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar nomor satu di dunia, menguasai 58% pangsa pasar sawit dunia.

Referendum Swiss pada tanggal 7 Maret 2021, 51,6% rakyat Swiss menyetujui masuknya perjanjian kerjasama mengenai perdagangan minyak sawit dalam Indonesia-European Free Trade Association (EFTA) – Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA).

Ketua Umum PETJ, Ari Manik menyatakan bahwa ini merupakan angin segar, setelah selama beberapa tahun, sawit Indonesia kerap mendapat ancaman dan penolakan di Eropa.

Baca Juga: Banjir Rob Jakarta Utara Sebabkan 19 Perjalanan KRL Jakarta Kota-Priok Dibatalkan

Persetujuan ini hadir dengan catatan bahwa produk sawit dari Indonesia harus memenuhi standard lingkungan dan sosial tertentu, yang berkelanjutan, serta harus diakui oleh dunia internasional.

Yuliarti Eckel, dari PETJ, memaparkan sangat pentingnya mengadopsi SDGs (Sustainable Development Goals) dalam industri kelapa sawit Indonesia selain untuk menjaga keberterimaan minyak sawit Indonesia di pasar global, tetapi juga untuk kepentingan masa depan keberlangsungan lingkungan hidup Indonesia.

Bertindak sebagai moderator, adalah Christiana Streiff Siswijana (Diaspora Indonesia di Swiss sekaligus pemerhati topik kelapa sawit) dan Anindya Athaya Putri (Chairwoman Earthling Indonesia).

Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, menyambut baik inisiatif diaspora membahas dan mencari jawaban atas berbagai persoalan kelapa sawit selama ini.

Baca Juga: Banjir Rob Rendam Sejumlah Wilayah di Pesisir Jakarta Utara

Satu hal yang sangat penting adalah bahwa perlu pemahaman yang sama antara Indonesia dan Uni Eropa.

Ketua Departemen Lingkungan Hidup PETJ, Husni Suwandhi, sebagai penyelenggara webinar berharap para pengusaha sawit tidak hanya mengejar profit semata tetapi memperhatikan pemeliharaan alam, lingkungan hidup serta kesejahteraan 17 juta pekerja industri sawit dan keluarganya.

Apalagi Uni Eropa menuntut pengelolaan produksi kelapa sawit yang memenuhi tuntutan keberlanjutan (sustainability).

Narasumber utama, Togar Sitanggang, WaKa III GAPKI mengemukakan beberapa fakta perbandingan sumber-sumber minyak nabati beserta dampak lingkungannya, terutama yang berkaitan dengan deforestasi, penyumbang polutan, penyerapan CO2 maupun produksi Oksigen.

Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Amnesti ke 44 Ribu Narapidana

“Hal yang kerap harus dihadapi oleh pihak industri adalah banyaknya stigma negatif serta kampanye negatif yang dialamatkan kepada Sawit,” kata Togar.

Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, menegaskan sejak menjabat ia menekankan pelaksanaan di lapangan peraturan-peraturan yang ada dengan baik.

Contoh yang diberikan adalah saat terjadi kebakaran hutan di perkebunan, Sutarmidji membentuk Satgas kebakaran dan mendirikan menara pandang. Hasilnya kebakaran hutan menurun drastis.

Pemerintah daerah merasa terbantu oleh industri Sawit terutama dalam hal ekonomi dan juga penanggulangan kebakaran hutan. Banyak lahan-lahan kawasan hutan yang sebenarnya sudah tidak berhutan dan berpotensi menimbulkan kebakaran hutan. Hal ini disampaikan oleh Bupati Sukamara, Windu Subagio.

Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan 

Menutup diskusi, Konjen RI di Frankfurt, Acep Somantri, menekankan pentingnya konsistensi dan sinergi kebijakan serta upaya bersama pemerintah, pengusaha dan masyarakat sipil untuk memajukan industri kelapa sawit yang berkelanjutan guna mendukung keberlangsungan pembangunan nasional dan pencapaian SDGs sesuai yang kita harapkan bersama demi kelangsungan industri dan generasi penerus kita.

Webinar ini juga dihadiri oleh beberapa pejabat dan aparat pemerintah seperti Dubes RI untuk Austria (Darmansyah Jumala), KBRI London, KBRI Brussels, KBRI Wina, KJRI Frankfurt, KJRI Hamburg, serta perwakilan organisasi-organisasi lainnya.(R/R1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Internasional
Internasional
Internasional