Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Webinar Tampilkan Pengalaman-Pengalaman Yang Pernah Positif Covid 19

kurnia - Ahad, 11 Oktober 2020 - 16:49 WIB

Ahad, 11 Oktober 2020 - 16:49 WIB

4 Views ㅤ

Bogor, MINA – Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (ARM HAIPB) menggelar webinar bertemakan “Perilaku Hidup Aman dan Sehat Saat Pandemi, Belajar dari Para Penyintas Covid-19″.

Ketua HA IPB Fathan Kamil mengatakan, webinar ini bagian dari komitmen Himpunan Alumni IPB dalam berkhidmad kepada bangsa, di saat kondisi bangsa yang cukup memprihatinkan sementara negara dalam keterbatasan.

“Harus ada inisiatif dari komponen bangsa untuk berkontribusi, jadi kita ingin menyebarkan energi positif melalui acara ini,” kata Fathan membuka diskusi Webinar, demikian keterangan tertulis, Ahad (11/10).

Diskusi diawali dengan kisah Lely Pelitasari yang positif Covid-19 di awal pandemi. Mulanya, Lely mengaku tidak percaya karena kondisi badannya tanpa gejala.

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

“Saya di menjalani tes Swab bukan karena sakit tetapi prokoler, namun rumah sakit mengabarkan bahwa saya positif, saya sempat kaget, khawatir orang-orang di rumah dan lingkungan kantor juga tertular,” katanya.

Dalam masa isolasi di rumah sakit selama 14 hari, Lely merasa badan hangat dan sakit tenggorokan.  Karenanya, ia selalu menyediakan air panas dan madu serta air garam untuk meredakan sakit tenggorokan. “Selama isolasi di rumah sakit membuat jadi pikiran, berdampak pada fisik. Kita harus berusaha jangan panik,” ujarnya.

Lely mengaku banyak hikmah yang didapat setelah sembuh. Ia lebih peduli kepada sesama dan peduli tentang kesehatan dengan mengubah gaya hidup.

“Selama bekerja di Ombudsman saya jarang olahraga, sekarang berusaha untuk olahraga. Jadi jaga raga jaga jiwa, setiap malam sebelum tidur saya selalu membaca Qur’an, kondisi lebih tenang dan bangun pagi badan juga lebih enak,” katanya.

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

Sementara Pengalaman Imam Teguh Saptono saat diindikasikan virus Corona kondisinya cukup parah. Padahal termasuk orang yang peduli dengan kesehatan, ia rutin dua kali sepekan berolahraga dan selalu cek kesehatan setiap tahun.

“Saya percaya Covid ini ringan karena imun saya kuat, bahkan sebelum viral obat-obat yang bisa mengatasi Covid seperti probiotik itu saya sudah minum, termasuk vitamin, madu, saya minum. Apalagi saya termasuk percaya teori konspirasi walaupun tetap percaya bahwa Covid itu ada. Jadi dengan keyakinan itu saya punya perasaan menyangkal bisa terkena Covid,” tuturnya.

Saat diindikasikan Covid-19, Imam merasakan sesak nafas, badan menggigil dan sulit tidur, selera makannya pun hilang. Ketika itu, dokter memasang ventilator untuk membantu pernafasannya.

“Dan saya sempat diare di malam hari, jadi tidak bisa tidur, badan pun lemas dan ‘kunang-kunang’. Di saat kondisi kritis saya sudah tidak bisa mengangkat tangan, namun masih bisa menanyakan hari. Saya ingat ketika itu Kamis dan kalaupun harus meninggal saya berharap besoknya (Jumat). Kemudian saya pun minta video call ke istri dan keluarga untuk minta maaf dan minta terus didoakan,” kata Imam.

Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka

Hadir  sebagai narasumber Ir. Imam Teguh Saptono Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia dan Lely Pelitasari SP, ME Wakil Ketua Ombudsman RI selaku penyintas, serta Juhaeri Muchtar Ph.D Vice Presiden Sanofi selaku pakar epidemiologi.

Sekitar 250 peserta mengikuti webinar yang dipandu CEO Kubik Leadership Jamil Azzaini. Ada peserta mengaku sedang isolasi mandiri, selain juga survivor Covid-19. (R/R4/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Guru Tak Tergantikan oleh Teknologi, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tekankan Peningkatan Kompetensi dan Nilai Budaya

Rekomendasi untuk Anda

Amerika
Indonesia
Internasional
Indonesia