Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

WHO: Kesehatan Dimulai dari Rumah, Bukan Rumah Sakit

sri astuti - Kamis, 20 Juni 2024 - 10:38 WIB

Kamis, 20 Juni 2024 - 10:38 WIB

11 Views

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (Foto: Anadolu)

Jenewa, MINA – Direktur Jendral Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu (19/6) mengatakan, kesehatan tidak diciptakan di rumah sakit atau klinik tetapi di rumah, jalan, pasar, tempat kerja, dan lingkungan.

Ia berbicara pada KTT H20, sebuah platform tahunan independen yang mendukung kepresidenan G20 mengenai inisiatif ‘Masa Depan Diplomasi Kesehatan Global di Dunia yang Berubah”. Anadolu Agency melaporkan.

“Dikatakan bahwa kesehatan dibuat di rumah, dan rumah sakit harus diperbaiki,” kata Tedros dalam pidato pembukaannya.

“Penyakit ini disebabkan oleh udara yang dihirup manusia, makanan yang mereka makan, dan kondisi di mana mereka hidup dan bekerja,” kata pejabat tinggi WHO itu, mengutip filsuf Belanda Erasmus yang mengatakan mencegah lebih baik daripada mengobati. Tedros mengatakan, 500 tahun kemudian dunia masih belajar dari Erasmus.

Baca Juga: Bahaya Bullying, Tinjauan Ilmiah dan Perspektif Islam

“Oleh karena itu, menjaga kesehatan masyarakat dan mencegah penyakit adalah salah satu dari tiga prioritas utama dalam strategi global WHO untuk empat tahun ke depan,” tambahnya.

“Tentu saja, ketika masyarakat membutuhkan perawatan, mereka harus dapat mengakses layanan kesehatan yang mereka perlukan tanpa menghadapi kesulitan keuangan,” ujar Tedros.

Dia mengatakan, prioritas WHO lainnya adalah menyediakan layanan kesehatan dengan mendukung negara-negara dalam melakukan reorientasi sistem kesehatan mereka menuju layanan kesehatan primer, yang merupakan landasan cakupan kesehatan universal.

Separuh penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan

Baca Juga: Manfaat Susu bagi Kesehatan

Tedros mengatakan, setengah dari populasi dunia tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan penting, dan 2 miliar orang menghadapi kesulitan keuangan karena pengeluaran kesehatan yang harus dikeluarkan sendiri.

Kesenjangan seperti ini memaparkan masyarakat pada penderitaan dan kematian yang sebenarnya tidak bisa dihindari, namun kesenjangan tersebut juga memaparkan individu, keluarga, komunitas, negara, dan seluruh dunia pada dampak epidemi dan pandemi.

“Oleh karena itu, prioritas WHO lainnya adalah membuat dunia lebih aman dengan memperkuat keamanan kesehatan global,” katanya, menambahkan perjanjian pandemi baru, yang sedang dinegosiasikan oleh negara-negara anggota, merupakan instrumen hukum internasional untuk menjaga dunia lebih aman.

“Selain itu, paket amandemen Peraturan Kesehatan Internasional yang diadopsi oleh negara-negara anggota (WHO) merupakan pencapaian bersejarah dan sinyal kuat bahwa multilateralisme masih hidup dan sehat,” tuturnya.

Baca Juga: Indonesia Lakukan Operasi Jantung Robotik untuk Pertama Kalinya

Tedros mencatat pada saat yang sama, dunia menghadapi semakin banyak krisis kemanusiaan, termasuk di Ukraina, Sudan, dan wilayah pendudukan Palestina, khususnya Gaza.

WHO beroperasi di lingkungan yang semakin kompleks, dalam menghadapi tantangan termasuk perubahan iklim, penuaan, migrasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta lingkungan geopolitik yang terfragmentasi,” kata Tedros, menekankan “multilateralisme sangat penting” dalam menghadapi tantangan seperti itu.

Menurutnya, dunia memerlukan keterlibatan tingkat tinggi dan komitmen untuk memprioritaskan kesehatan pada tingkat politik tertinggi, termasuk G7 dan G20.

“Dalam deklarasi mereka tahun ini, para pemimpin G7 sekali lagi menyatakan dukungan kuat mereka terhadap kesehatan global dan mengakui peran WHO,” kata Tedros, mendesak investasi di WHO sebagai investasi pada populasi yang lebih sehat, serta masyarakat yang lebih adil, stabil, dan aman.

Baca Juga: Puluhan Ribu Anak Papua Barat Terima Vaksin Polio 

Tedros mengatakan tahun 2024 dan 2025 akan menjadi tahun yang penuh kemungkinan bagi kesehatan global.

Hal ini mencakup pertemuan tingkat tinggi mengenai resistensi antimikroba dan NCD (penyakit tidak menular); dan COP29 mengenai krisis iklim, yang mencakup fokus pada kesehatan; dan finalisasi negosiasi perjanjian pandemi. []

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kemenkes Bantu Korban Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Palestina
Palestina
Indonesia
Indonesia
Internasional