Port Sudan, MINA – Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Ahad (8/9), perang yang berlangsung selama lebih dari 16 bulan di Sudan telah menewaskan sedikitnya 20.000 orang, angka yang suram di tengah konflik yang telah menghancurkan Negara Afrika Timur Laut tersebut.
Tedros menyampaikan perkiraan tersebut saat konferensi pers di Kota Laut Merah Sudan, Port Sudan, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan yang diakui secara internasional dan didukung militer. Dia mengatakan jumlah korban tewas bisa jauh lebih tinggi. The New Arab melaporkan.
“Sudan tengah menderita badai krisis yang parah. Skala keadaan darurat ini mengejutkan, begitu pula tindakan yang diambil untuk meredakan konflik,” kata Tedros saat mengakhiri kunjungannya selama dua hari ke Sudan.
Sudan terjerumus ke dalam kekacauan pada bulan April tahun lalu ketika ketegangan yang membara antara militer dan kelompok para-militer yang kuat, Pasukan Dukungan Cepat, meledak menjadi perang terbuka di seluruh negeri.
Baca Juga: Spanyol Serukan Setop Ekspor Senjata ke Israel
Konflik tersebut mengubah ibu kota, Khartoum, dan daerah perkotaan lainnya menjadi medan perang, menghancurkan infrastruktur sipil dan sistem perawatan kesehatan yang sudah babak belur. Tanpa kebutuhan pokok, banyak rumah sakit dan fasilitas medis yang tutup.
Konflik tersebut telah menciptakan krisis pengungsian terbesar di dunia. Lebih dari 13 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak pertempuran dimulai, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi. Mereka termasuk lebih dari 2,3 juta orang yang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga sebagai pengungsi.
Pertempuran tersebut diwarnai kekejaman termasuk pemerkosaan massal dan pembunuhan bermotif etnis yang merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, menurut PBB dan kelompok hak asasi manusia internasional.
Pada hari Jumat, penyelidik hak asasi manusia yang didukung PBB mendesak pembentukan pasukan yang independen dan tidak memihak untuk melindungi warga sipil, menyalahkan kedua belah pihak atas kejahatan perang termasuk pembunuhan, mutilasi, dan penyiksaan.
Baca Juga: Presiden Rusia dan Iran Bertemu di Turkmenistan
Banjir musiman yang dahsyat dalam beberapa pekan terakhir telah memperparah kesengsaraan. Puluhan orang tewas dan infrastruktur penting hanyut di 12 dari 18 provinsi Sudan, menurut otoritas setempat.
Wabah kolera merupakan bencana terbaru bagi negara tersebut. Penyakit ini telah menewaskan sedikitnya 165 orang dan membuat sekitar 4.200 orang lainnya sakit dalam beberapa pekan terakhir, kata Kementerian Kesehatan dalam pembaruan terbarunya pada hari Jumat.
“Kami menyerukan kepada dunia untuk bangun dan membantu Sudan keluar dari mimpi buruk yang sedang dialaminya,” kata Tedros, seraya menambahkan gencatan senjata segera sangat dibutuhkan.
“Obat terbaik adalah perdamaian,” tuturnya.[]
Baca Juga: 20 Penambang Batubara Tewas oleh Serangan Militan di Pakistan
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jerman akan Kirim Senjata Baru ke Israel