Jenewa, MINA – Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperingatkan, virus corona mungkin dapat menjadi wabah pandemi, penyakit menular ke seluruh dunia yang memusnahkan manusia.
Sekarang ada lebih dari 77.000 kasus virus di Cina dan lebih dari 2.000 di tempat lain, dan jumlah kematian mencapai lebih dari 2.600, catatan WHO seperti disebutkan Voice of America, Senin (24/2).
Lonjakan kasus corona tiba-tiba meningkat di Korea Selatan, Iran dan Italia dalam beberapa hari terakhir, telah menciptakan kekhawatiran bahwa apa yang tadinya merupakan epidemi akan menjadi pandemi.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan virus itu berpotensi menjadi pandemi, tetapi saat itu belum tiba.
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas
“Keputusan kami tentang apakah akan menggunakan kata pandemi untuk menggambarkan epidemi didasarkan pada penilaian berkelanjutan dari penyebaran geografis virus, tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya dan dampaknya pada seluruh masyarakat,” kata Tedros.
Dia mengatakan ini bukan pandemi, tetapi serangkaian epidemi di berbagai belahan dunia, membutuhkan respons khusus untuk menahan penyebaran penyakit.
“Kami harus fokus pada penahanan sambil melakukan segala yang kami bisa untuk mempersiapkan potensi pandemi,” lanjutnya.
Ia menambahkan, tidak ada pendekatan satu ukuran untuk semua. Setiap negara harus membuat penilaian risiko sendiri untuk konteksnya sendiri.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
Ia juga mengatakan, pihaknya terus melakukan penilaian risiko dan memantau evolusi epidemi sepanjang waktu.
Dia mengatakan ada beberapa langkah penting yang harus diambil oleh negara untuk melindungi diri mereka sendiri dan rakyat mereka. Di antaranya, semua Negara harus melindungi petugas kesehatan, yang merupakan responden garis depan dari penyakit mematikan itu. Selain itu, langkah-langkah harus diambil untuk melindungi lansia yang paling berisiko menjadi sakit parah.
Pada catatan lainnya, Tedros mengatakan para ahli internasional yang menyelidiki asal dan evolusi penyakit di Cina itu menemukan bahwa epidemi di sana memuncak antara 23 Januari hingga 2 Februari. Sejak itu, mereka mengatakan kasus telah menurun. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki