Jenewa, MINA – Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Christian Lindmeier mengatakan, belum ada laporan kematian yang diakibatkan oleh varian baru Omicron dan menekankan delta tetap menjadi fokus perang melawan pandemi Covid-19.
Lindmeier mengatakan, WHO masih mengumpulkan bukti tentang varian baru yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada 11 November itu.
“Kami belum melihat laporan kematian terkait omicron,” kata Lindmeier seperti dikutip dari Anadolu Agency, Sabtu (4/11).
“Jangan lupa juga bahwa varian yang masih dominan hingga saat ini adalah delta. Omicron mungkin sedang naik daun, dan kita mungkin sampai pada titik di mana ia mengambil alih sebagai varian dominan,” ujarnya.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Lindmeier mengatakan, dunia perlu melindungi diri dari varian delta.
Sejak COVID-19 pertama kali ditemukan hampir dua tahun lalu, WHO mengkonfirmasi hampir 263 juta kasus dan lebih dari 5,22 juta kematian secara global.
“Semakin banyak negara yang terus mencari dan menguji orang dan secara khusus mencari varian omicron, kami juga akan menemukan lebih banyak kasus dan lebih banyak informasi, dan semoga tidak, tetapi juga kemungkinan kematian,” kata Lindmeier.
Setelah varian omicron teridentifikasi di Botswana dan Afrika Selatan, beberapa negara di Eropa serta Amerika Utara pekan lalu memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat dan bahkan melarang penerbangan.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Langkah-langkah itu mendapat kecaman pejabat tinggi di PBB, WHO, badan perjalanan internasional dan asosiasi pekerja.
“Daripada melihat pada penutupan, perbatasan dan sebagainya, jauh lebih baik untuk mempersiapkan negara Anda, sistem kesehatan Anda untuk kemungkinan kasus yang masuk,” kata Lindmeier.
“Kami cukup yakin bahwa varian omicron ini akan menyebar. Delta juga dimulai di suatu tempat dan sekarang kami memilikinya sebagai varian dominan di lebih dari 90 persen dunia,” lanjutnya. (T/RE1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)