Jenewa, MINA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menanggapi peringatan Para Ahli Dunia terkait dampak ancaman kesehatan yang serius akibat perubahan iklim terhadap wanita hamil, anak-anak dan lanjut usia (lansia).
Kumpulan makalah Para Ahli Dunia yang diterbitkan dalam Journal of Global Health pada Rabu (5/6) mengatakan, wanita hamil, bayi baru lahir, anak-anak, remaja dan orang lanjut usia menghadapi komplikasi kesehatan yang serius akibat perubahan iklim.
Menanggapi ini, WHO mengatakan kebutuhan spesifik kelompok-kelompok ini sebagian besar telah diabaikan dalam respons terhadap perubahan iklim.
“Artikel-artikel tersebut mendokumentasikan bukti ilmiah yang tersedia mengenai dampak kesehatan dari berbagai bahaya iklim pada tahap-tahap penting kehidupan, mulai dari gelombang panas hingga polusi udara dan bencana alam seperti kebakaran hutan dan banjir,” kata Dr. Anshu Banerjee, direktur Kesehatan dan Penuaan Ibu, Bayi Baru Lahir, Anak dan Remaja di WHO, Anadolu melaporkannya.
Baca Juga: Ruqyah, Kunci Kesehatan Jiwa dan Kedamaian Hati
“Secara keseluruhan, hal-hal tersebut menunjukkan bahwa risiko kesehatan terkait perubahan iklim masih terlalu diremehkan bagi masyarakat muda, lanjut usia, dan selama kehamilan, sehingga menimbulkan dampak yang serius dan sering kali mengancam jiwa,” tambah Dr. Banerjee.
Menurutnya, dengan mengambil contoh cuaca panas ekstrem, penulis mencatat bahwa kelahiran prematur (penyebab utama kematian anak) meningkat selama gelombang panas, sementara orang lanjut usia lebih mungkin menderita serangan jantung atau gangguan pernapasan.
Setiap tambahan 1°C pada suhu minimum harian di atas 23,9°C (75F) telah terbukti meningkatkan risiko kematian bayi sebanyak 22,4%.
“Studi-studi ini menunjukkan dengan jelas bahwa perubahan iklim bukanlah ancaman kesehatan jangka panjang, dan populasi tertentu sudah menanggung akibatnya,” ujar Dr. Banerjee.
Baca Juga: Bahaya Bullying, Tinjauan Ilmiah dan Perspektif Islam
“Meskipun kesadaran akan perubahan iklim telah meningkat, tindakan untuk melindungi kehidupan mereka yang paling berisiko masih belum memenuhi kebutuhan. Agar keadilan iklim dapat dicapai, hal ini harus segera diperbaiki,” tambah Dr. Banerjee.
Makalah ditulis oleh para ahli dan akademisi WHO di seluruh dunia, koleksi yang berjudul “Perubahan iklim sepanjang perjalanan hidup” ini melaporkan sejumlah dampak spesifik terhadap kesehatan fisik dan mental yang timbul akibat berbagai bahaya iklim.
Mereka menyebutkan suhu tinggi berhubungan dengan dampak buruk pada kelahiran, terutama kelahiran prematur dan lahir mati, serta hipertensi dan diabetes gestasional pada kehamilan.
Menurut WHO, gelombang panas mempengaruhi fungsi kognitif dan pembelajaran bagi anak-anak dan remaja sekaligus meningkatkan serangan jantung dan komplikasi pernafasan di kalangan orang tua.
Baca Juga: Manfaat Susu bagi Kesehatan
Polusi udara sekitar meningkatkan kemungkinan tekanan darah tinggi selama kehamilan, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan dampak negatif pada perkembangan otak dan paru-paru janin.
Hal ini meningkatkan risiko penyakit pernapasan pada anak-anak dan orang lanjut usia, yang juga menghadapi risiko lebih besar terkena kanker, penyakit kardiovaskular, dan pneumonia.
Bencana alam yang berhubungan dengan perubahan iklim mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental dan fisik. Banjir dan kekeringan mengurangi akses terhadap air bersih dan persediaan makanan, sehingga meningkatkan penyakit diare dan malnutrisi.
“Kebakaran hutan telah terbukti meningkatkan gangguan pernafasan dan angka kematian kardiovaskular pada orang lanjut usia,” kata WHO.
Baca Juga: Indonesia Lakukan Operasi Jantung Robotik untuk Pertama Kalinya
Meskipun perubahan iklim berdampak pada semua orang, perpindahan dan gangguan akibat perubahan iklim mempunyai konsekuensi yang parah bagi mereka yang membutuhkan akses rutin terhadap layanan kesehatan dan dukungan sosial.
“Bayi dan orang lanjut usia serta wanita hamil mungkin memiliki faktor risiko fisiologis tertentu, seperti kesulitan mengatur suhu, kerentanan terhadap dehidrasi dan/atau sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah,” kata WHO.
Mereka juga menghadapi dampak yang tidak proporsional dari dampak tidak langsung perubahan iklim dan bencana terkait seperti kekurangan pangan dan air serta lonjakan vektor dan penyakit yang ditularkan melalui air.
“Lingkungan yang sehat mendukung kesehatan sepanjang hidup, memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat pada masa kanak-kanak dan remaja, kehamilan yang sehat, dan penuaan yang sehat,” kata Anayda Portela, Ilmuwan dan Penulis di WHO.
Baca Juga: Puluhan Ribu Anak Papua Barat Terima Vaksin Polio
“Ada kebutuhan mendesak untuk melakukan mitigasi perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan membangun ketahanan iklim; untuk mengambil tindakan spesifik yang melindungi kesehatan pada berbagai tahap kehidupan, dan untuk memastikan kesinambungan layanan kesehatan bagi mereka yang paling berisiko ketika bencana iklim terjadi,” tambah Portela.
WHO menyebut tahun 2023 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat dalam lebih dari 170 tahun, dan terjadi berbagai keadaan darurat iklim mulai dari kebakaran hutan hingga angin topan, banjir, dan panas ekstrem.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemenkes Bantu Korban Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki