Oleh Dudin Shobaruddin, Dosen STISA Abdullah Bin Mas’ud
REGENERASI kepemimpinan adalah ruh kehidupan dalam sebuah organisasi. Ia bagaikan aliran darah yang memastikan kesinambungan perjuangan dan kejayaan di masa depan. Dalam konteks al-Jama’ah, proses ini bukan hanya sekadar pergantian tokoh, melainkan pewarisan nilai, visi, dan semangat juang untuk menjaga kemurnian dakwah dan membangun peradaban.
Pada Sabtu, 31 Mei 2025 bertepatan dengan 4 Dzulhijjah 1446 H, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STISA) Abdullah bin Mas’ud kembali menggelar wisuda yang istimewa—sebuah perhelatan monumental yang bukan sekadar seremoni akademik, tapi juga penanda penting tonggak regenerasi kepemimpinan al-Jama’ah.
Bertempat di Gedung Keraton Gubernur Lampung, acara wisuda kali ini tampil megah dan sarat makna. Gedung bersejarah yang menjadi simbol kekuasaan dan kebudayaan Lampung ini memberi aura sakral yang menegaskan bahwa STISA tidak sekadar lembaga akademik biasa, melainkan institusi strategis yang berperan dalam mencetak pemimpin masa depan umat.
Baca Juga: Refleksi HTTS 2025: Indonesia Darurat Konsumsi Rokok
Dengan kehadiran 104 wisudawan yang resmi dikukuhkan sebagai Sarjana Agama (S.Ag), STISA menegaskan kontribusinya dalam mencetak kader-kader baru yang siap memikul amanah kepemimpinan di era digital yang kompleks.
Acara yang disiarkan secara live ini turut dihadiri para tokoh agama, pejabat pemerintah, akademisi, dan tamu kehormatan lainnya. Salah satu sorotan utama adalah pidato ilmiah dari Dr. (Can). KH. Yakhsyallah Mansur yang mengangkat tema “Menatap Masa Depan Islam dari Perspektif Surat Al-Duha”.
Pidato ini menyentuh kesadaran kolektif bahwa masa depan gemilang umat Islam terletak pada kepemimpinan yang kokoh akidah, luas wawasan, dan peka terhadap tantangan zaman.
Para wisudawan diingatkan bahwa gelar akademik bukan sekadar simbol kecerdasan, tetapi adalah tanda bahwa mereka telah lulus dari ujian intelektual dan siap menghadapi ujian kepemimpinan. Kepemimpinan dalam perspektif Islam bukan tentang kekuasaan, tetapi tentang amanah dan tanggung jawab.
Baca Juga: Inilah Siksaan Bagi Orang Yang Selingkuh: Peringatan Keras Dari Allah dan Rasul-Nya
Dalam satu hadis, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” Inilah ruh yang hendak ditanamkan kepada para lulusan STISA.
Pemimpin masa depan yang diimpikan oleh STISA bukan hanya yang fasih membaca Al-Qur’an dan menguasai tafsirnya, tetapi juga mereka yang mampu mengamalkannya dalam kehidupan nyata, baik secara langsung maupun melalui media daring.
Mereka diharapkan menjadi figur yang adaptif, inovatif, dan tetap berakar pada nilai-nilai Islam. Sosok yang tidak hanya memahami sejarah peradaban Islam, tetapi mampu membacanya sebagai cermin masa depan—membangun kemajuan umat dengan pondasi Al-Qur’an, bukan sekadar bacaan, tapi aksi nyata.
Momentum wisuda ini adalah panggilan suci untuk memperbaharui semangat dakwah, menyalakan bara perjuangan yang tak pernah padam, dan menyambut masa depan dengan kesiapan lahir dan batin. Para lulusan didorong untuk menjadi agen perubahan yang mampu menginspirasi dan memberdayakan komunitas, serta membangun masyarakat yang aman, makmur, dan berkemajuan dalam bingkai nilai-nilai Islam.
Baca Juga: Gaza, 601 Hari Genosida, Hancurnya Nurani Dunia
Di tengah tantangan zaman yang bergerak cepat, para pemimpin baru harus mampu menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi. STISA percaya bahwa dengan pendidikan yang berbasis pada ilmu syar’i yang kokoh dan wawasan kontemporer yang luas, regenerasi kepemimpinan al-Jama’ah akan melahirkan pemimpin-pemimpin hebat yang tidak hanya menjadi penerus, tapi juga pembaharu.
Para wisudawan bukan hanya pulang dengan ijazah dan gelar, tetapi membawa misi besar yang terpatri dalam ruh perjuangan Islam. Mereka adalah harapan umat yang kelak akan menyalakan lentera ilmu di tengah gelapnya kebodohan, menjadi jembatan antara nilai-nilai wahyu dan realitas kehidupan yang terus berubah. Setiap langkah mereka adalah doa dari para guru, harapan dari para orang tua, dan ikhtiar dari umat yang merindukan kebangkitan.
Semoga wisuda ini bukan menjadi akhir dari perjalanan, melainkan awal dari babak baru perjuangan. Jadilah pemimpin yang tak hanya duduk di atas mimbar, tapi hadir di tengah umat, menginspirasi dengan akhlak, dan membimbing dengan ilmu.
Semoga para lulusan STISA Abdullah bin Mas’ud mampu menjawab harapan umat, menjadi pemimpin yang jujur, cerdas, dan bijaksana—pemimpin yang membawa cahaya di tengah zaman yang penuh tantangan.[]
Baca Juga: Media Asing Ramai Bicarakan Pernyataan Presiden Prabowo Akan Akui Israel
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Indonesia Siap Akui Israel?