Jakarta, MINA – Jakarta Syariah Halal Festival (Jashfest) yang diselenggarakan oleh Mistindo Connexion pada 7-9 Maret 2109 di Jakarta Convention Center . mengangkat isu”Arah Baru Pengembangan Ekonomi Syariah dan Halal Industri”.
Workshop ini menghadirkan tiga pembicara yaitu Wakil Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Ir. Sumunar Jati, Triono Prijosoesilo Ketua Komite Organisasi, Keanggotaan dan Hubungan Daerah Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indoensia, Dorojatun Sanusi Direktur Eksekutif PP Gabungan Perusahaan Farmasi; serta Edi Yoga Prasetyo Divisi Syariah Asuransi Allianz Life Indonesia.
Wakil Direktur LPPOM MUI Ir. Sumunar Jati mengatakan selama 30 tahun melakukan kegiatan sertifikasi halal, pihaknya telah melihat produk-produk nasional Indonesia berpotensi untuk berkontribusi dalam pengembangan syariah nasional.
Acara yang berlangsung selama tiga hari ini merupakan wadah edutaintment untuk pengenalan produk syariah dan produk halal bagi masyarakat umum. Kegiatan ini berisi exihibition, conference, workshop, talkshow, fashion show, dan live performance.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Secara garis besar, Jashfest mengangkat isu perkembangan ekonomi syariah atau industri halal di Indonesia yang kian hari kian meningkat. Terbukti dengan bertambahnya jumlah bank syariah, keuangan nonbank syariah, serta aset keuangan syariah Indonesia.
“Berbicara tentang industri halal, bukan berarti hanya berbicara soal agama tertentu. Spektrum industri halal lebih luas dari itu, yaitu menyangkut sektor makanan, keuangan, kosmetik, obat, travel, sampai fashion,” jelas Edi Yoga Prasetyo.
Hingga 2019, berdasarkan data yang dirangkum oleh GAPMMI, total penduduk muslim sekitar 2,25 miliar di Asia dan Afrika dengan pertumbuhan sebesar 30 persen per tahun. Ini menunjukkan pasar halal yang begitu besar.
Melihat potensi ini, industri negara-negara di dunia sudah mulai mengarah ke sana. Beberapa negara yang sudah mulai bertindak dalam mengembangkan industri halal, di antaranya Amerika, Jepang, Korea, Cina, Taiwan, Malaysia, dan Inggris.
Baca Juga: BPJPH Tegaskan Kewajiban Sertifikasi Halal untuk Perlindungan Konsumen
Sementara Ketua Komite Organisasi, Keanggotaan dan Hubungan Daerah Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indoensia (GAPMMI) Triono Prijosoesilo mengatakan, Indonesia mempunyai posisi unik. Dengan jumlah penduduk muslim terbesar, Indonesia baru mampu menjadi pasar halal. “Bagi GAPMMI, modal terbesar bukan hanya pasar, melainkan menguatkan global value chain. Artinya, Indonesia menjadi pusat industri halal dunia dan tuan rumah di negeri sendiri.”
Hal ini didukung oleh Ir. Sumunar Jati. Menurutnya, Indonesia belum melibatkan diri sebagai player global market. Salah satu alasannya, Indonesia belum menemukan formulasi kerja sama terbaik antara pemerintah, MUI, pelaku usaha, dan masyarakat.
“Ini merupakan tantangan bagi Indonesia. Jangan sampai pertumbuhan halal produk justru dinikmati oleh negara bukan muslim. Sebagai lembaga sertifikasi halal yang tepercaya, LPPOM MUI terus mengembangkan inovasi untuk mendukung kemudahan pengusaha dalam mensertifikasi produknya,” ujar Ir. Sumunar Jati.
Dengan memanfaatkan era digitalisasi Halal Industry 4.0 dan Society 5.0, LPPOM MUI telah meluncurkan layanan sertifikasi online Cerol SS-23000, aplikasi HalalMUI, dan QR Code Halal Resto. Selain itu, standar yang digunakan LPPOM MUI juga telah sesuai dengan standar internasional. Hal ini terbukti dengan LPPOM MUI yang telah meraih ISO 17065 dan ISO 17025.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
“Dengan standar kualitas produk halal nasional yang memenuhi kualitas internasional, maka industri halal Indonesia berpotensi besar melenggang di kancah dunia.” (L/R03/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon