Beijing, 29 Sya’ban 1434/8 Juli 2013 (MINA) – Menyusul insiden pekan lalu yang menewaskan 35 orang di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, Cina, Muslim Xinjiang memasuki bulan suci Ramadhan di bawah keamanan yang ketat.
Dengan langkah-langkah keamanan yang meningkat di seluruh wilayah, pusat grand bazaar ibukota Urumchi tidak begitu ramai. Beberapa Muslim di ibukota lebih sibuk dengan persiapan Ramadhan, Anadolu Agency melaporkan yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Senin (8/7).
Para pejabat mengatakan bahwa langkah-langkah keamanan lebih ditingkatkan setiap tahun pada peringatan insiden berdarah Juli 2009 di Urumchi, yang menewaskan 197 orang dan banyak lagi yang terluka. Sebelum Ramadhan, tingkat keamanan saat ini telah meningkat.
Pada 26 Juni, 35 orang tewas di Shanshan dalam insiden kekerasan etnis paling berdarah di Xinjiang selama empat tahun. Pemerintah, seperti biasa, telah menyalahkan Islam yang dianggap “teroris”.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Kerusuhan, di kota Lukqun, dekat kota Turpan, diikuti dua hari kemudian oleh insiden kekerasan lain 1.000 km (600 mil) di selatan, dekat kota Khotan.
Para pejabat mengatakan bahwa di Lukqun 15 orang membawa pisau dan mengamuk melalui kota setelah salah satu rekan mereka ditangkap. Dikatakan bahwa mereka telah menewaskan 24 orang sebelum polisi menembak mati 11 dari mereka.
Menurut sebuah surat kabar resmi, di wilayah Moyu, di prefektur Khotan, sekitar 100 orang naik sepeda motor dan bersenjatakan pisau menyerang sebuah kantor polisi.
Insiden itu terjadi hanya beberapa hari sebelum peringatan keempat kerusuhan etnis 5 Juli 2009 di ibukota Xinjiang, Urumqi, yang menewaskan hampir 200 orang tewas. Pasukan keamanan bersenjata mengumumkan untuk patroli 24 jam di seluruh wilayah di bulan Ramadhan.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Bentrokan etnis Juli 2009 di Urumqi
Ahad, 5 Juli di Urumqi, ibukota wilayah Xinjiang Cina Barat, ribuan minoritas warga etnis Uighur berbaris, menuntut pemerintah karena insiden sebelumnya, yaitu perkelahian antara Cina Han dan Uighur di sebuah pabrik mainan di Shaoguan yang berakhir dengan dua kematian Uighur.
Situasi protes 5 Juli menjadi sangat kejam, Uighur bentrok dengan polisi dan menyerang etnis Cina Han. Warga Urumqi terbangun keesokan harinya dan mengetahui bahwa lebih dari 1.000 orang cedera dan 156 tewas di kota mereka.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Pasukan pemerintah bekerja untuk memadamkan kekerasan dan memisahkan kelompok-kelompok yang main hakim sendiri, kelompok Han yang baru terbentuk dan Uighur yang masih di jalanan.
Komunikasi dimatikan, jalan-jalan ditutup, jam malam diberlakukan, ratusan ditangkap, dan ribuan tentara dikerahkan ke Urumqi.
Tanggal 7 Juli 2009, para pejabat Cina merilis rincian etnis yang tewas dalam kerusuhan untuk pertama kalinya, 137 korban adalah etnis Han, 46 adalah warga Uighur dan satu Hui.
Secara geografis di jantung Asia, wilayah Xinjiang ditempati oleh beberapa elemen etnis, Uyghur terdiri dari 46,4 persen dan 39,3 persen warga Khan dari populasi di wilayah ini. Sisa populasi terdiri dari minoritas Muslim seperti Hui (Muslim Cina), Kyrgyzs, Kazakh, Tajik dan Tatar. (T/P09/R2).
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Polisi Mulai Selidiki Presiden Korea Selatan terkait ‘Pemberontakan’